Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Pendidik - ... n i t a ...

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mari Akhiri dengan Bahagia...

14 Februari 2023   06:47 Diperbarui: 15 Agustus 2023   19:12 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Artikel/Sumber: Pexels (Caroline Veronez)

Aku tidak pernah mengadukan ini pada siapapun. Termasuk pada Papa yang kepadanya aku meletakkan kepercayaan terdalam. Papa sosok guardian angel sepanjang masa. Bangunan kepribadianku porak-poranda. Menjadi insecure, lebih menarik diri, merasa diri tak harus bahagia dan menjadikan 'kesakitan-kesakitanku' adalah hukuman atas pilihanku sendiri. 

Menelan kepahitan, menelan kesakitan itu untuk diriku sendiri. Aku sadar, Kyrie pun terluka. Aku memaksakan diri untuk menjadi dokter atas diri Kyrie, padahal aku juga pasien. Memaksakan semua ideal dan terus melakoni drama pernikahanku. Mulai mencari pelarian-pelarian kecil hingga berujung malapetaka.

Potensi diri menjadi tersembunyi. Menari-nari di atas dogma agama. "Apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.."

Mantra itu terus mendominasi dan menguasai kesadaranku.

Hingga suatu saat, aku menghubungi sahabatku, Camellia Inez Satrio. Aku menceritakan keluh kesahku dan berakhir dengan pengunduran diri atas posisi pekerjaanku. Milli, panggilanku pada sahabatku, mengatakan carilah kebahagiaanmu. Dia memelukku erat. Secangkir coklat hangat kuminum habis.. Terima kasih, Sahabat.

Pikiranku untuk berpisah dengan Lokananta Kyrie Supit terus berkecamuk. Aku mengingat intimidasinya ketika aku menangis kala itu. "Ingat, aku akan menghancurkan karirmu!" Ancaman-aancaman itu menjadi 'backsound' yang selalu hadir. Aku juga paham bahwa di balik keretakan ini ada perananku juga. Banyak hal yang kurang dariku. 

Kesadaranku mulai timbul. Mama, Adik, Keponakan, Sahabat, Orang dan kerabat terdekatku sangat mengasihiku. Aku ternyata layak bahagia. Aku merasakan sukacita besar ketika aku bertemu mereka. Situasi dan kondisi yang telah lama aku rindukan. Lingkungan yang mendukungku dan yang memberikan kekuatan hingga kini. "You deserve to be happy".

Kebahagiaanku menjadi tanggung jawabku sendiri. Aku tidak boleh memberikan tugas ini kepada orang lain. Kebahagiaanku juga akan menjadi berkat untuk orang lain ketika aku berhasil memaknai kedalaman artinya. Aku harus menggunting part-part yang tidak mendukung kebahagiaanku. Itu tidak salah. 

Aku mendoakan Kyrie untuk bisa berbahagia dan berdamai juga dengan dirinya. Aku belajar mengampuni diriku dan dia. 

Kekerasan tidak dapat ditolerir apapun bentuknya. Luka berpotensi untuk melahirkan kekerasan, tetapi cinta justru akan memberi kemerdekaan dan kasih yang tak membelenggu. Pilihan ini aku ambil. Memaknai cinta dengan lebih luas. Mengembalikan semua pada tempatnya. Kyrie dan aku, Yudistia sama-sama tidak bahagia dalam pernikahan ini. Kami harus saling melepaskan dan memberi kemerdekaan masing-masing.

Butuh keberanian untuk menyatakannya. Mari sama-sama memaafkan diri. Aku, Adeline Yudistia Harianto, telah memutuskan untuk merdeka dan memberikan kemerdekaanku ini sepenuhnya untuk diriku dan semesta. Kiranya Allah memberikan pengampunan dan kasih setiaNya padaku. Selamat berbahagia, Kyrie. Akhiri dengan bahagia....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun