Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Pendidik - ... n i t a ...

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menghidupi Makna Inklusi: Sebuah Perenungan dalam Konsep Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus

28 Juni 2022   06:27 Diperbarui: 29 Juni 2022   06:01 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Foto: ANTARA FOTO/MAULANA SURYA

Bukan sekadar utopia, walaupun masih perlu perjuangan berat di banyak hal. Prof. Dr. Munawir Yusuf, M.Psi juga menegaskan bahwa pendidikan di kelas inklusi ini masih sulit dilaksanakan, kendati sudah ada payung hukum mengenai hal tersebut.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik ini telah mengatur bagaimana pendidikan inklusi harus berjalan. Sebuah bukti nyata bahwa memang pemerintah tidak main-main dengan hal ini.

Perlu disadari lebih dalam, secara operasional di lingkungan pelaksana pendidikan masih berjalan tersendat-sendat, bukan hanya mengenai tenaga pendidik, kompetensi, atau hal terkait seputar kedinasannya saja tetapi juga mengenai paradigma masyarakat yang masih berjarak dengan ABK.

Tak jarang kisah yang berujung pada sebuah ironi dimana keluarga yang memiliki ABK menjadi bahan candaan atau perundungan di lingkungan mereka yang pada akhirnya berakibat pada kondisi withdrawl (menarik diri).

Kembali pada kisah diskriminasi yang secara nyata masih terjadi pada anak berkebutuhan khusus di atas. Ini tugas kita bersama untuk ikut memberi warna baik pada lingkungan agar mereka bisa diterima seutuhnya. 

Sebenarnya mereka tidak meminta dilahirkan demikian, bukan? Kehendak Pencipta memberikan keistimewaan itu. 

Kita sebagai sesama diharapkan bisa menjadi kawan seperjalanan yang dapat menggandeng, menerima kondisi mereka. Baik dalam lini pendidikan, sosial kemasyarakatan, maupun ekonomi.

Ada bagian dari hidup mereka yang memang dititipkan pada kita, bila kita mau sadari secara mendasar. Seperti konsep inklusif itu sendiri. Konsep berbaur, konsep pendidikan yang memberikan fasilitas yang sama tetapi khusus sesuai dengan kebutuhan mereka.

Inklusi itu bukan hanya dalam lini pendidikan saja, tetapi juga berbicara mengenai sosial kemasyarakatan. Perlu disadari bahwa mereka juga tinggal dan berbaur di lingkungan dimana kita tinggal. Penerimaan masyarakat juga menjadi sangat penting. 

Tagline "sekolah ramah anak berkebutuhan khusus, desa/kota ramah anak berkebutuhan khusus, atau kantor yang ramah anak berkebutuhan khusus" selayaknya dihidupi bukan sekedar jargon pemanis semata.

Apa sih yang bisa kita lakukan? Sekali lagi bukan untuk menggurui. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun