Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Pendidik - ... n i t a ...

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Serba-serbi Pendidikan Inklusif: Apakah Pendidikan Kita Telah Merangkul Semua Kalangan Tanpa Sekat?

19 Januari 2022   13:10 Diperbarui: 26 Januari 2022   15:47 1531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi kelas saat guru mengajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada Kamis (21/6/2018) di Sekolah Dasar Luar Biasa C Dian Kusuma, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. (DOK. KOMPAS.com/ELISABETH DIANDRA SANDI)

Tetapi apakah hal ini benar menyentuh esensi pendidikan itu sendiri? Esensi pendidikan yang katanya HARUS menyentuh semua lapisan, tanpa batas dan sekat!

Adalah hal mudah menerima siswa pintar dengan segala keberadaannya, adalah wajar menerima tingkah laku siswa yang seturut dengan perintah guru, adalah biasa lebih memberikan perhatian pada siswa atau siswi yang memiliki sejuta pesona yang 'telah nampak melekat pada mereka' namun manakala hal sebaliknya yang terjadi apakah kita siap menerima dan memberikan layanan yang bebas DISKRIMINASI, tanpa batas, dan sekat itu?

Ilustrasi / Sumber: Kompas.com (Andy Riza Hidayat)
Ilustrasi / Sumber: Kompas.com (Andy Riza Hidayat)

Ada 3 (tiga) upaya yang bisa ditempuh sebenarnya sebagai jalan pembuka meniadakan diskriminasi tersebut atau setidaknya (dengan realistis) mengurangi tindakan diskriminatif:

1. Mengubah pola pikir

Mengubah pola pikir merupakan starting poin yang bisa menjadi jalan pembuka mengurangi diskriminasi dalam praktik-praktik pendidikan di sekolah. Mengubah pola pikir bahwa tiap indivdu itu berbeda sungguh penting. Hal ini akan menyelaraskan pendekatan dan teknik pengajaran pada siswa-siswi kita.

Tentu tidak bijak bila kita melatih ikan untuk terbang dan sebaliknya burung untuk berenang. Perenungan ini menjadi sebuah gambaran mengenai cara kita memberikan treatment sebagai pendidik kepada siswa-siswi kita.

Mendidik sejatinya kembali berpusat kepada kebutuhan yang dididik, dalam hal ini siswa-siswi kita, sehingga proses transformasi dapat terjadi sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa-siswi kita. Pola pikir demikian yang seharusnya dikedepankan dan terus menerus digaungkan.

2. Sinergi pemerintah dan masyarakat

Ini merupakan pe er besar bersama. Pemerintah tidak boleh arogan dengan mengagungkan kuasa yang dimiliki, tetapi dengan kuasa tersebut bisa merangkul warga masyarakat untuk aktif berperan dalam mewarnai pendidikan terutama pe er di dalam mewujudkan pendidikan tanpa diskriminasi, terkhusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Masyarakat pun bisa berperan aktif dalam memberikan input, sumbang saran terkait hal ini. Sinergi sehat bisa terbentuk dengan baik sehingga dapat mewujudkan Pendidikan tanpa diskriminasi terkhusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

3. Mau belajar

Pola pikir mau belajar adalah hal penting dalam menegakkan pendidikan yang bebas diskriminasi. Belajar merupakan kunci penting dalam memahami tiap individu. Kebutuhan setiap individu terkait pendidikan tentu akan berbeda. 

Keinginan dan tekad mau belajar dalam memahami kebutuhan tiap individu akan memberikan paradigma baru dalam menyikapi dan memfasilitasi kebutuhan pendidikan tiap siswa-siswi.

Selamat berproses untuk menyediakan ruang pendidikan yang bebas diskriminasi.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun