Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Pendidik - ... n i t a ...

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel - Bagian Kedua] Menyambut Jejak Kenangan Anka

9 Oktober 2021   16:44 Diperbarui: 9 Oktober 2021   16:58 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi / Sumber: Unsplash.com (Genevieve Dallaire)

Benar sih asyik juga, tapi Ibu Sasanti, wanita cantik terhebatku itu sudah menunggu, pasti secangkir coklat hangat kesukaanku sudah dibuatkan oleh tangan terampilnya. Tapi, rasanya di atas becak ini terasa atmosfir hangat dari pesona Anka, rasanya sampai masuk ke dalam hatiku.

Jarak stasiun ke rumah sih sebenarnya tidak terlalu jauh. Kurang lebih tiga kiloan, masa kuliah sih pulang begini jalan juga sampai, tidak lama. Zaman berubah, uang ada, dan juga umur tidak bisa ditipu. Pilihan paling realistis sih taksi. Asyik juga kali ini, malam romantis, mana pernah terjadi lagi setelah aku berjarak dengannya.

Rumah makin dekat, kami hanya diam saja tanpa kata, namun hati banyak bicara dan bibir penuh senyum. Gerbang rumah sudah terlihat, aku mengatakan pada Pak Becak, pintu hijau itu rumah Ibu. Ada sejumlah pot berisi Azalea, warna pink, kesukaanku, sama seperti di stasiun tadi. Terlihat jelas karena lampu sorot di tepi jalan mengarah tepat pada tanaman kesayanganku dan Ibu Sasanti.

Aku mau melompat turun, ternyata sudah keduluan Anka dan dia tangkap tanganku untuk dibantunya turun, untung sudah malem jadi sangat dingin, tidak keluar keringat dingin. Kalau iya, apa tidak malu, kikuk dan terkesan awkward sesaat.

Tanpa mempersilakannya mampir, toh sudah hamper tengah malam. Anka mohon diri dan mengatakan sampai jumpa esok. "Thanks ya, bro..." Aku berusaha menetralisir semua gejolak yang ada dalam hatiku. Kupasang 'benteng".

"Mit, aku seminggu di Yogya, ada project sebentar dengan Dinas Pariwisata. Bisa ketemu besok?"

"Liat nanti ya, I'll text you... Thanks, Ka... Jujur aku gak nyangka, bisa satu gerbong sama you.." Aku tetap berusaha menenangkan hatiku, agar gejolak ini tak terlihat. Benakku penuh dengan tanya yang belum terjawab.

"Spiritual connected, Paramitha Andini. Aku jalan dulu ya, salam untuk Ibu."

Lagi-lagi spiritual connected, teori metafisik yang selalu membayangi, tak logis tapi itu terjadi, sering. Banyak sekali episode itu dalam hidupku dan juga dia, pria sejuta kenangan.

Anka Adrian seorang yang bisa menenangkan dan mengendalikan diri dengan level tinggi, itu yang membuatku separuh kagum padanya. Laki-laki yang berjuang dan memenangkan lukanya sendiri, kemudian menjadi berkat bagi sesamanya.

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun