Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Pendidik - ... n i t a ...

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mendisiplinkan Anak Tanpa Bentakan dan Kekerasan, Mungkinkah?

22 Februari 2021   12:30 Diperbarui: 20 Mei 2022   22:26 2127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memarahi anak (Sumber: www.psychologytoday.com)

2. Saat fungsi logis kita kembali, kita bisa berdiskusi dengan anak yang juga telah tenang tentunya 
Saat itu kita bisa merefleksikan kejadian pemicu. Dan berpikir jernih apakah hal tersebut adalah sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan anak atau sebaliknya sesuatu yang bisa ditawar. 

Memberikan pilihan adalah hal yang bijak sehingga anak atau siswa dapat bertindak baik karena kesadaran penuh dari dirinya dan bukan paksaan dari kita. Tetapi perlu diingat apakah hal itu sebuah kewajiban atau aturan. Atau sebaliknya, hal yang bisa ditawar.

3. Jika anak atau siswa melanggar sebuah aturan yang wajib dilakukan. Tegakkan hal itu dengan semestinya, sehingga anak atau siswa mengerti mana yang harus dilakukan mana yang tidak boleh dilakukan 
Menegakkan aturan perlu pembiasaan dan tujuan yang jelas, mengapa hal itu harus dilakukan, apa akibatnya jika melanggar. Lalu apakah berdampak bagi orang lain. Hal ini membawa pemahaman anak pada sebuah tanggung jawab.

Sehingga penegakan aturan bisa dilakukan tanpa paksaan dan lahir dari kesadaran diri anak atau siswa tersebut.

Mendisiplin dengan ketegasan dan kalem akan membuat kita sebagai orangtua atau pendidik juga anak (siswa) sehat secara jasmani dan mental. 

Betapa tidak, jika kita harus membentak atau melakukan kekerasan kepada mereka secara kontinyu, tentu hal ini akan membuat tubuh kita mudah sakit. Secara mental kita akan kehilangan "bonding" dengan mereka, relasi menjadi rusak jika situasi seperti ini berlangsung terus-menerus.

Jika relasi rusak, kemungkinan kita tidak bisa mendidik mereka dengan optimal. Saya sangat setuju, orangtua memiliki otoritas atas anak atau siswanya, tetapi tentu ada batasannya. Dan ini yang harus diingat.

Secara fisiologis dan psikologis anak-anak membutuhkan proses untuk mengatur dirinya, termasuk proses kedisiplinan yang mereka harus lewati. 

Disiplin memang menjadi sesuatu yang mutlak bagi mereka. Dari sebuah kedisiplinan akan lahir kebiasaan-kebiasaan baik yang tentu saja akan mempengaruhi perkembangan mereka selanjutnya.

Proses mendisiplin tidak harus dengan keras dan bentakan tentunya. Keuntungan ganda didapat secara simultan, baik untuk kita maupun mereka.

Tentu hal ini juga bagian dari proses. Mungkin di masa lalu kita juga memiliki pengalaman mendapatkan bentakan dan kekerasan di dalam proses pendidikan kita. Tetapi hal itu bisa dihapus dan mulai melatih diri untuk mendisiplin tanpa menerapkan kedua hal tersebut. Berlatih dan berlatih merupakan kunci utamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun