“Om Rudra Karna, yang terhormat! Sekali lagi, Anda ingin membantu atau mengganggu?!!”, sebuah kalimat yang meluncur baru saja dalam format whatsapp terkirim dari gawai di genggamanku.
Rudra Karna, seorang pria berumur di awal 60-an adalah paman dari suami terkasihku. Pria penuh luka batin dalam keluarga. Rudra Karna, sosok pria yang selalu melampiaskan kegagalan mendidik Seto Wibisana, anak lelaki tunggalnya pada suamiku.
Rudra Karna dengan pengaruhnya selalu mendikte suamiku sebagai pelampiasan kekesalan Om-nya itu pada Seto.
Tak pernah habis pikir, luka batinnya bukan disembuhkan melainkan terus dipeliharanya sehingga menghantam stabilitas keluargaku!
Aku, Satya Andini memilih Rama Mahatma menjadi sahabat, kakak, teman, pendamping hidup seumur hidupku dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Rama seorang pria yang sempurna buatku, di tengah kelemahan dan kelebihannya. Kasihnya padaku membuatku tunduk dan memberikan hidupku untuk berlayar dalam bahtera kehidupan bersama.
Bersama si kembar buah hati kami, kami merayakan seni hidup bersama dalam keluarga kecil yang kuanggap bahagia, dan harus kuanggap selalu damai sejahtera.
8 tahun lalu setelah profesi Rama membawa pulang ke kota kelahirannya, semua itu seperti malapetaka yang menghantam bahtera kami.
Sosok Rudra Karna muncul sebagai pengganggu berwujud malaikat.
Hubungan Rudra dengan Seto anak lelakinya yang tak harmonis menjadi sebuah kepahitan yang menghantam hidup Om Rudra. Kekerasan hati Seto, yang tak bisa diatur membawa luka tersendiri bagi Om Rudra.
Keinginan mendidik dan mengatur Seto, ditimpakan pada Rama, yang berkarakter penurut. Sejak Ibu dan Bapak mertua tiada, Rama memberi kepercayaan pada Om Rudra sebagai pengganti orang tua.
