Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Pendidik - ... n i t a ...

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nak, Proses Belajar Lebih Penting dari Sekadar Nilai

17 Agustus 2020   06:47 Diperbarui: 17 Agustus 2020   08:49 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kolase dari kelas kreasi/sumber dokpri diolah dengan photo collage

Mengingat sebuah perjumpaan dengan komunitas orang tua pembelajar kala itu. Ada dua kalimat tanya yang dilontarkan sebagai pembuka bahan diskusi.

“Apakah sekolah untuk hidup?” atau,

“Hidup untuk sekolah?”

Dua kalimat tanya itu kemudian tidak saja mengumpulkan sejumlah fakta lapangan, tetapi juga mengubah sebuah paradigma berpikir yang baru, yaitu bagaimana sebuah proses belajar (pendidikan) itu dimaknai.

Belajar merupakan sebuah kebutuhan. Belajar selama ini identik dengan sekolah, sekolah yang dimaksud adalah sekolah dalam bentuk institusi.

Sependek umur pengalaman saya dalam dunia pendidikan (sekolah) membawa pada beberapa kenyataan, bahwa ada distorsi dalam memaknai belajar.

Nilai sering menjadi momok yang menakutkan bagi sejumlah siswa, sehingga hal ini menjadi penyebab bergesernya makna belajar dalam dunia pendidikan, terkhusus di sekolah.

Kenyataan bahwa sejumlah siswa hanya belajar pada saat ada tes menyeruak. Sekejap setelah tes berakhir, maka mereka mulai berhenti belajar.

Pengalaman dalam menghadapi siswa-siswa ini memberi sebuah tamparan keras pada saya secara pribadi. Apakah saya adalah salah seorang pendidik yang ikut menyumbangkan perilaku tersebut pada mereka? Ya, perilaku belajar yang berorientasi hanya pada nilai.

Orientasi siswa kepada nilai sering menyempitkan arti belajar sesungguhnya, walaupun nilai termasuk indikator penting untuk mengetahui kompetensi yang telah didapatkan oleh siswa, tetapi saya terus diingatkan, bahwa nilai hasil tes hanya salah satu indikator saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun