Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Pendidik - ... n i t a ...

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips dan Teori Maslow Terkait Perundungan

23 Maret 2020   11:07 Diperbarui: 24 Maret 2020   12:36 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : https://www.bing.com/images/search

Perundungan dalam dunia pendidikan bukan sesuatu yang baru. Banyak contoh kasus yang disajikan baik dalam level sekolah dasar, maupun menengah. Seperti yang dilansir dalam Kompas.com (08/02/2020). Tak sedikit contoh kasus yang terjadi di tingkat pendidikan tinggi. Caranya pun macam-macam, dari mulai 'penyerangan' yang terjadi di dunia nyata sampai melakukan perundungan tersebut melalui daring. Akibatnya pun beragam, dari mulai amputasi organ gerak tubuh sampai dengan depresi.

Sebagai seorang pendidik dan konselor dalam dunia pendidikan, saya sangat miris mendengar kasus perundungan masih terus berkelanjutan sampai saat ini. Namun demikian tidak boleh berhenti sampai miris saja, saya dan rekan seprofesi juga melakukan antisipasi di lingkungan tempatsaya bekerja (yang cenderung relatif aman dari perundungan) dengan melakukan parenting sebagai sebagai bekal edukasi terhadap guru dan orangtua yang perannya besar sekali dalam mencegah perilaku ini.

Sebenarnya banyak faktor mengapa perundungan bisa terjadi. Kembali dilansir dalam Kompas.com (15/02/2020), salah satu faktor adalah pelaku perundungan sebelumnya merupakan korban perundungan. Sepanjang saya mendampingi konseling beberapa remaja, tercetus faktor penyebab terbesar karena rasa sakit yang terpendam serta ingin membalaskan rasa sakit itu, menjadi menjadi faktor utama mengapa pelaku tidak dapat memutus mata rantai perundungan. 

Saya dan rekan seprofesi memiliki tagline untuk meneguhkan teori tersebut 'korban cenderung akan menjadi pelaku'. Korban akan cenderung melampiaskan rasa sakitnya pada orang lain yang tidak berdaya.

Masalah keluarga yang tak kunjung selesai ditengarai juga sebagai faktor pendorong timbulnya perilaku perundungan.

Teringat saat saya mengambil mata kuliah Psikologi Kepribadian. Abraham Maslow dalam teori kebutuhan-nya mengatakan bahwa manusia mutlak membutuhkan diantaranya rasa aman, kasih sayang, dan penghargaan (tentu saja disamping kebutuhan fisiologis dan aktualisasi diri). Dalam kaitan terhadap kasus perundungan, anak-anak pun berhak mendapatkannya. Jika salah satu atau salah tiga dari kebutuhan mendasar tersebut tak terpenuhi, maka bisa terjadi problem psikologis yang akan mengganggu tumbuh kembangnya.

Berikut merupakan beberapa formula yang bisa dilakukan orangtua untuk melindungi buah hati kita dari perundungan :

1. Tanamkan konsep diri positif pada anak kita, sehingga kondisi 'direndahkan' lingkungan tidak akan membuatnya 'jatuh'. Menanamkan empati sejak dini juga masuk dalam ranah konsep diri positif.

2. Beri atmosfer positif dalam keluarga dan dorong anak untuk tekuni hobi sesuai minatnya sehingga perundungan akan teralihkan oleh karya yang dilakukannya.

3. Berikan arahan untuk menyikapi masalah dari kacamata positif, sehingga situasi dan kondisi yang dialami akan menjadi kekuatan untuk lebih berdaya guna.

4. Tanamkan ketangguhan sebagai satu life-skill dan arahkan agar anak tidak mudah 'baper' dalam menyikapi perundungan (hal ini adalah upaya antisipatif untuk jenis perundungan yang dilakukan secara verbal)

5. Bekali anak dengan keberanian untuk melaporkan kejadian pada figur otoritas dengan segera, apabila perundungan sudah mengancam keselamatan jiwa dan raga anak. 

6. Bekali anak dengan identifikasi sederhana mengenai konsep dan gejala perundungan sehingga anak lebih waspada.

Demikian beberapa tips yang bisa dilakukan orangtua untuk anak dalam atasi perundungan.

Sumber Bacaan :

1.

2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun