Mohon tunggu...
Nita Juniarti
Nita Juniarti Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Perempuan

Penaruh mimpi di Altar-Nya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Magang Literasi 2020 sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Penggiat Literasi

24 Oktober 2020   13:45 Diperbarui: 28 Oktober 2020   15:18 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Magang literasi Aceh/Dokpri

Belajar seumur hidup adalah saatnya membagi apa yang kita pelajari kepada orang lain bukan saja belajar dan mencerdaskan diri sendiri atau memperkaya diri sendiri. Saat ini, penggerak literasi harus mulai memikirkan keberlanjutan dari kegiatan literasi bukan hanya membuat kegiatan lalu selesai. Buku bisa menjadi salah satu gerbang untuk mengembangkan kecakapan softskill berbahasa, mulai dari berbicara, menulis, menyimak dan membaca tentu saja. Budaya baca bisa dikembangkan dengan adanya minat baca, kebiasaan membaca, kemampuan membaca yang menghasilkan daya literat juga.

Taman baca masyarakat yang menjadi intervensi tidak langsung dengan adanya pertumbuhan daya literat bisa memaksimalkan fungsinya. Pembelajaran literat bisa menggunakan pembuatan makna, penggunaan gambar, penggunaan teks dan menganalisa teks. Membangun gerakan berbudaya literasi bisa menggunakan cara menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan akademik yang berbudaya literasi. Selain itu terpenting adalah apa yang dilakukan kontekstual.

KONTEN/PROGRAM/KOLEKSI PENUMBUHAN BUDAYA LITERASI DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL dapat dilakukan dengan cara  Penguatan program           membaca (reading programs) yang terintegrasi dengan modul dan           perangkat pembelajaran daring,         semi daring, dan luring. Mendukung praktik baik fasilitator mengembangkan inovasi PJJ dan menfasilitasi kegiatan berbagi praktik baik dan inspirasi. Melakukan pelatihan dan pendampingan daring implementasi program         membaca di            sekolah,  keluarga dan masyarakat.   

Kutipan diakhir slide pak Wien menuliskan : Jika Semangat sudah Tergalang. Tiada Hutan jadi Perintang. Tiada Lautan jadi Penghalang. Betapa pun Jalan itu Panjang.

            Salah satu agenda seru adalah ketika mendapati sharing tentang relawan dan kepemimpinan TBM. Mendengar kisah dari balai baca yang di bireun dan sudah berdiri sejak tahun 2015, mendengar cerita perjuangan dan suka dukanya serta sempat vakum, jadi energi tersendiri bagi penggerak literasi seperti kami. Farhan, salah satu relawan TBM Arrasyid yang sering membawa motor pustaka ke CFD Banda Aceh ternyata pernah terjatuh dari motor dan kisah mengajak kawan-kawan lain untuk melapak buku. Nuriana dari Aceh Jaya juga menceritakan tentang dia bergerak sendiri hingga saat ini, pengalaman syahrial yang menggerakkan literasi di Tamiang dan Rio dari cinta baca yang menjadi tempat rujukan hiburan karena berada di tengah kota. Perjuangan TPM Tanyo yang sudah berdiri 9 tahun diceritakan bagaimana kak Husnul membentuk tim untuk keberlajutan melalui anak muda. Rumah relawan remaja yang terus membuka cabang di berbagai tempat di Aceh dengan program pustaka kampung impian. Ibu Nurmala di Pidie yang nama TBM terinspirasi dari atap bocor dan jika siang hari bisa menjadi bintang-bintang bertebaran dari cahaya matahari yang masuk dan program sosial yang dikerjakannya.

            Hari berikutnya kembali dijejali dengan fakta bahwa Aceh sedang darurat kekerasan terhadap anak. Amrina Habibie, SH (P2TP2A) mengatakan bahwa setiap hari ada satu atau dua anak yang menjadi korban kekerasan seksual, angka yang membutuhkan perhatian semua pihak. Selama pandemi terdapat 90 kasus. Materi ini sebetulnya menimbulkan kegelisahan dan meminta semua yang gelisah untuk mengambil peran yang bisa dilakukan. Selain itu, ada materi dari Profesor Yusni Sabi dalam pemaparannya  tentang perempuan dan anak dalam perspektif budaya mengatakan bahwa ada agama islam, adat istihadat, keserasian adat dan agama, tujuan ibu sebagai pengatur keluarga  yang mengatur tentang bagaimana harusnya tanggung jawab masyarakat secara bersama. Materi tersebut juga ada kaitannya dengan yang dipaparkan oleh bu Nahriah tentang TBM yang ramah terhadap anak dan perempuan. Bapak Mussa menambahkan bahwa TBM bisa juga menjadi tempat penguatan ekonomi terhadap perempuan.

            Inti dari kegiatan Magang ini adalah adanya sebuah karya berupa buku yang dihasilkan oleh penggiat literasi yang terlibat serta rencana tindak lanjut setelah mengikuti magang ini. Beberapa materi tentang menulis kreatif, editing essay dan motivasi tentang menulis dipaparkan oleh pemateri yang cukup kompeten dibidangnya. Setelah menyusun RTL diharapkan apa yang sudah didapatkan bisa diterapkan di taman baca masyarakat masing-masing agar menjadi kebangkitan literasi di Indonesia yang dimulai dari daerah. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun