Mohon tunggu...
Nita Juniarti
Nita Juniarti Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Perempuan

Penaruh mimpi di Altar-Nya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dilema Kunjungan ke Perpustakaan Daerah

29 Agustus 2020   16:29 Diperbarui: 29 Agustus 2020   16:18 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber IG nitajuniarti_


Perpustakaan dan Arsip Daerah Aceh Barat Daya yang diatur dalam peraturan Bupati No.6 tahun 2016 dengan menggunakan gedung tua itu kondisinya berdebu dan tidak terawat terutama pada koleksinya. Koleksi hampir disemua rak berdebu, jarang tersentuh.

Bagi kami di Sigupai Mambaco, memberi anak pengalaman adalah hal yang baik. Jadi, ketika kami mengadakan lomba resensi hadiahnya adalah berkunjung ke perpustakaan.

Sebetulnya sejak April 2020 saya sudah sering berkunjung dan beberapa kali melihat buku karangan Murizal Hamzah berjudul "Hasan Tiro" banyak berlobang karena dimakan rayap.  Kebersihan dan sarang laba-laba serta jamur yang rontok pada buku-buku juga sering saya lihat. Hanya saja selama ini saya diam.

Saya pernah mengobrol dengan salah satu petugas di sana, diajak nostalgia tahun 2005 perpustakaan tersebut bocor dan buku jadi basah. Puluhan tahun berlalu ternyata jika hujan lebat lantainya masih saja banjir.

Saya bertugas menjadi enumerator untuk keperluan Perpustakaan Nasional, ada 35 pegawai Pustaka 12 orang hanya lulusan SMA, pun rata-rata pegawainya hanya kontrak. Jumlah koleksi Pustaka Daerah untuk tahun 2019 sekitar 1.876 buah buku dan tidak ada semua kategori semua kategori.

Baru satu jam, anak-anak yang saya bawa sudah mengeluh, mereka keluar. Saya sempat mengatakan kepada salah satu petugas tapi hanya ditanggapi dengan tersenyum.

"Enggak enak berkunjung ke pustaka daerah karena bukunya enggak dirawat terus bukunya habis rusak" kemuka Sindi (kelas 6 SD), salah satu pengunjung Pustaka Daerah yang baru pertama sekali ke pustaka.

Akhirnya kami pulang dan malamnya saya menulis status di media sosial tentang keluhan anak-anak dan entah bagaimana ceritanya hal ini menjadi pemicu sakit hati pegawai pustaka terhadap saya.

Minggu berikutnya setelah kunjungan. Saya datang ke perpustakaan untuk mengembalikan buku. Saya bertemu dengan salah satu petugas dan berakhir di ruangan ibu kepala perpustakaan.  Kami berbicara panjang lebar dan saya meminta maaf karena sudah menulis status tapi tidak bermaksud menjelek-jelekkan perpustakaan. Ibu kepala perpustakaan merasa lega dengan pernyataan saya dan beliau mengatakan "sebenarnya ada buku untuk taman baca ibu Nita tapi karena saya dengar hal tidak enak makanya saya katakan untuk sementara ditunda dulu"

Saya tidak paham maksudnya, apakah tidak boleh memprotes? Entahlah. Semingggu setelah kejadian itu dan saya kembali ke perpustakaan ternyata buku baru sudah banyak, buku berlobang sudah tidak ada lagi dan yang berdebu sudah dibersihkan. Apakah hal ini terjadi karena status di facebook atau bagaimana?

Pengakuan seorang kenalan yang pernah menjadi pengunjung terbaik ia juga prihatin dan berusaha memberi saran namun sampai sekarang belum ada perubahan. Ah, sudahlah apakah program kunjungan ke perpustakaan ini menjadi petaka akhirnya? Atau perubahan untuk perpustakaan lebih baik terlihat karena kritik? Hanya Tuhan yang tau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun