Mohon tunggu...
Nita Juniarti
Nita Juniarti Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Perempuan

Penaruh mimpi di Altar-Nya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

15 Tahun Damai Aceh: Sebuah Coretan

18 Agustus 2020   21:34 Diperbarui: 18 Agustus 2020   21:26 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

15 Agustus 2005 tepatnya hari senin di Helsinki dikenal dengan hari damai Aceh dengan NKRI. Hamid Awaluddin sebagai wakil dari Indonesia dan Malik Mahmud sebagai perwakilan dari GAM menandatangani MoU tersebut di depan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari.

Peristiwa itu sudah berlalu 15 tahun yang lalu, setiap tahun selalu ada peringatan untuk membuat rakyat Aceh Bersyukur. Hanya saja, beberapa hari yang lalu di Aceh heboh sekali tentang peringatan hari Damai Aceh ini dengan tour Motor Gede yang memakai dana APBA tidak sedikit. Ramai perbincangan di media sosial ini dan menuai banyak sekali kontra hingga hal tersebut ditiadakan.

Konflik Aceh-RI yang berlangsung selama 30 tahun hingga berakhir damai ini sejatinya sangat sedikit melibatkan anak muda saat peringatannya. Untuk saya pribadi yang pernah mengalami pengungsian selama beberapa bulan dalam rentang tahun 1999-2003 mempunyai catatan tersendiri sebab ketika itu saya masih SD dan mengalami hal-hal tidak terduga.

Suasana damai Aceh ini adalah hal yang saya pribadi sangat mensyukurinya, teringat ketika masa DOM dulu, sekolah diliburkan kemudian terpaksa sekolah di bawah tenda pengungsian yang tidak bisa konsentrasi sama sekali. Pun sawah-sawah yang sekarang digarab dengan sukacita, tidak takut lagi dengan aktivitas di malam hari. Harapannya damai ini abadi.

Hari ini, banyak pertikaian terjadi di Aceh mulai dari harus mengawasi Covid-19 yang datanya terus naik setiap harinya, kampus Unsyiah dan UIN yang dibangun tembok-tembok sebagai batas-batas yang tidak boleh dilewati, yang harusnya tanpa pertikaian sebab tujuannya sama, mencerdaskan kehidupan bangsa. Mengutip pernyataan Drs.Teuku Burdansyah bahwa Aceh butuh pemimpin berjiwa damai (sumber : buku menguak demokrasi pasca damai helsinki). Bisa jadi dengan pemimpin yang berjiwa damai banyak hal yang bisa dilakukan.

Sebagai generasi muda, secara pribadi saya ingin mengenang kembali Hasan Tiro dalam tulisan ini. Sejak dulu, saya teramat penasaran kenapa pada akhirnya Hasan Tiro membentuk Aceh Merdeka. Ternyata, alasannya adalah :
1. Warisan sejarah sebagai salah satu cicit Chik di Tiro dan kejayaan Aceh Darussalam
2. Penderitaan rakyat Aceh yang tidak kunjung berakhir
3. Melunasi Kaoy ketika ia berada di puncak tertinggi Washington.
4. Faktor ekonomi yang mengadung ketidakadilan
Hal ini bisa dibaca lebih lengkap dalam buku Hasan Tiro : Jalan Panjang menuju damai Aceh karya Murizal Hamzah

15 tahun damai Aceh yang ingin direfleksikan secara pribadi adalah damai ini telah membuat generasi SD 1990-an menjadi sarjana dengan damai. Damai mempunyai banyak efek untuk terus bekarya jadi alangkah baiknya generasi muda diikut sertakan dalam refleksi pertahun pun untuk generasi Z yang masih sedikit paham tentang proses damai Aceh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun