25 April 2020 harusnya kontrak selesai. Namun, kontrak diputuskan lebih cepat 15 April 2020. Saya akan pulang ke kampung halaman. Tidak ada refleksi akhir secara offline, pandemi mengakibatkan kami tidak bisa ke Jakarta. Pertemuan online memang tidak bisa menggantikan pertemuan offline.
Akan tetapi yang sebenarnya yang ingin saya tuliskan adalah bahwa segala sesuatu di dunia ini ada batas waktu, tidak terkecuali dengan kehidupan, pasti ada kelarnya. Arah ke mana kehidupan ini, sudah Allah Ta'ala tuliskan dalam firman-Nya.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz Dzariyat: 56)
Ketika diputuskan kontrak lebih cepat, tidak bertemu teman-teman, saya berefleksi tentang kata "kelar". Hidup yang bisa kelar kapan saja, mengucapkan terima kasih harusnya waktu kami saling bertemu bukan menunggu waktu lain, meminta maaf harusnya diucapkan begitu salah bukan menunggu harus berkumpul kembali lalu ada agenda maaf-maafan. Ah, banyak yang terlewatkan ternyata.
Waktu kelar ini juga berhubungan dengan matematika ibadah. Bayangkan, jika umur hanya 60-70 tahun. Umpama umur 65 tahun,  dikurangi 15 tahun yang belum baliq. Waktu yang digunakan untuk tidur sekitar 8 jam/hari sehingga dengan umur 65 tahun artinya kita sudah tidur sebanyak 16 tahun  7 bulan.Â
Untuk bekerja urusan dunia kita bisa menghabiskan waktu total dari umur kita sebanyak 25 tahun, berapa banyak untuk ibadah? Untuk shalat saja, jika umur 65 tahun kita sudah shalat sebanyak 18.250 jam X 1 Jam = 2 Tahun. Ternyata sedikit sekali bukan? Lantas bagaimana kita siasati dengan waktu kelar kita di dunia yang terbatas?
Saya mendengar seorang ustad di Terang Malang pada tanggal 31 Desember 2020 memberikan tips, sebagai berikut :
1. Shalat berjamaah, agar pahalanya 27 derajat
2. Shalat Syuruq yang setara dengan haji dan umrah
3. Sholat di Masjidil Haran sama dengan 1000 rakaat
4. Mengurus jenazah dan mengantarkannya
5. Memaafkan, bersabar dan puasa.
Saya khawatir, jika waktu hidup sudah kelar tidak ada yang saya tinggalkan di dunia ini. Maka, saya menulis. Semoga kita kelar di saat yang tepat.