Mohon tunggu...
Nita Ariyani
Nita Ariyani Mohon Tunggu... Lecturer -

Nama Saya Nita Ariyani, saya berasal dari Purwokerto, saya hobi membaca, menulis dan memasak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Lebih Banyak Tempat Penampungan dan Rehabilitasi Gelandangan Psikotik (Gelandangan Orang Gila)

19 Januari 2014   08:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13900943351748085266

Kita sering melihat dan menemukan keberadaan gelandangan orang gila di jalan-jalan bahkan seringkali kita lihat para gelandangan orang gila sedang mengais-ngais makanan di tempat sampah. Sungguh kejadian yang sangat memilukan karena bagaimanapun juga mereka tetap manusia akan tetapi banyak yang tidak peduli kepada mereka. Seringkali bahkan kita menghindari mereka para gelandangan orang gila karena penampilan mereka yang sangat kumal dan kotor, bahkan bagi sebagian orang merasa takut akan kehadiran gelandangan orang gila karena dianggap ketidakwarasan mereka dikhawatirkan bisa menimbulkan bahaya bagi mereka yang normal. Penampilan gelandangan orang gila sungguh sangat mengenaskan karena mereka benar-benar orang-orang terbuang dan tak terurus.

Sering kita baca juga  di media cetak maupun elektronik berita tentang pembuangan orang gila dari suatu daerah ke daerah lain. Mereka diangkut oleh sebuah mobil atau truk dan pada malam harinya dibuang begitu saja. Mereka di buang di daerah lain karena cara ini dianggap sebagai cara yang mudah dan praktis dalam menangani permasalahan penanganan atau pengurangan orang gila di suatu daerah melalui cara yang tidak manusiawi. Sungguh sangat miris mendengar berita tersebut, padahal orang gila juga manusia yang mempunyai hak-hak dasar yang harus dilindungi dan merupakan kewajiban negara sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi sebagai hukum tertinggi yang harus dipatuhi.

Hingga saat ini aku hanya bisa menyisihkan sebagian rejekiku yang tak seberapa untuk membeli beberapa bungkus nasi beserta lauk yang sederhana serta beberapa botol mineral untuk kubagikan kepada mereka para gelandangan orang gila sekedar mengganjal perut mereka. Dalam hatiku menangis melihat kondisi mereka karena hampir tidak ada yang menangani mereka secara serius. Sedangkan aku hanya sebagai rakyat kecil yang belum bisa berbuat berarti bagi “gelandangan psikotik”. Jika kita baca di media-media cetak, seringkali beberapa pemerintahan dalam hal ini instansi yang berwenang beralasan bahwa dalam rangka penanganan gelandangan termasuk orang gila yang harus dibawa ke rumah sakit jiwa seringkali terbentur masalah alokasi anggaran yang terbatas.

Menurut pengalamanku ketika berinteraksi dengan mereka para gelandangan orang gila, hampir sebagian besar yang aku temui, para gelandangan orang gila tersebut ketika aku beri makanan, mereka tidak menunjukan perilaku kasar, atau mengamuk, atau perilaku membahayakan seperti yang dibayangkan oleh sebagian orang. Beberapa kisah menarik justru aku dapatkan dari mereka para gelandangan orang gila. Bahkan aku sempat tersentuh dengan perkataan seorang perempuan kumal dan kotor, berambut acak-acakan sedang duduk membawa tas kresek yang didalamnya berisi daun-daun dan sampah-sampah sedang duduk termenung dan sesekali tertawa sendiri di dekat tempat sampah dijalan. Perempuan itu memegang perutnya seperti kelaparan. Seketika itu juga  muncul inisiatifku ketika melihat perempuan itu untuk segera membelikan makanan dan minuman sekedarnya. Mulanya aku takut dan menyodorkan perlahan-lahan makanan dan minuman yang telah aku beli kepada perempuan itu. Dan hal yang tak pernah aku duga sebelumnya ternyata di balik badannya yang sangat kotor dan kumal, baju yang sudah tidak layak serta rambut gimbal yang acak-acakan, perempuan itu bisa tersenyum dan bilang : “TERIMA KASIH” ... saya terperanjat diam dan menangis dalam hati... dan perempuan itu langsung melihat-lihat makanan dan minuman yang aku beri seperti sedang berfikir dan kemudian dia segera memakannya sambil berlalu...

Ada banyak kisah menarik dan membuat hatiku menangis mengenai gelandangan orang gila. Bagaimana mereka diperlakukan oleh orang-orang sekitarnya.. sungguh membuat hatiku pilu.. saya jadi teringat seorang perempuan tua bertumbuh pendek dan membawa tongkat (penampilannya seperti gelandangan juga memakai baju kumal di mana bajunya benar-benar kotor dan berwarna coklat bercampur tanah). Suatu hari aku mendapati dia sedang mondar-mandir di suatu jalan perumahan. Sesekali dia duduk lalu berdiri dan berjalan kembali mondar-mandir. Ternyata setelah aku perhatikan, perempuan tua pendek itu sedang mondar-mandir di depan rumah yang sedang diadakan suatu acara entah acara arisan, atau acara lainnya. Namun  oleh lingkungan sekitar tidak ada yang peduli kepada perempuan tua pendek tersebut. Wajahnya kuyu dan memelas.. Segera aku membelikan ibu tua tersebut sebotol air mineral dan sebungkus bakmi goreng yang kebetulan di depanku ada penjual bakmie goreng dan tanpa pikir panjang langsung aku berikan kepada perempuan tua tersebut.. Perempuan tua tersebut diam sejenak kemudian menerima makanan.. kemudian aku liat dari kejauhan perempuan tua tersebut berjalan dan berhenti di depan sebuah rumah yang sepi entah kosong ditinggal pemiliknya atau rumah tak berpenghuni.. perempuan tua pendek itu segera bersandar di pagar rumah dan segera membuka makanan yang aku beri.. dia tampak lahap memakannya hingga habis... Sungguh dalam hatiku berkeinginan dan berdoa “Ya Tuhan jika suatu saat aku diberi rejeki yang berlimpah Aku ingin membantu mereka para gelandangan dan gelandangan orang gila untuk membuat tempat penampungan dan rehabilitasi baik bagi gelandangan dan gelandangan orang gila(psikotik)”.

Suatu hari aku share pemikiran kepada temanku dan menanyakan pendapat mengenai membangun tempat penampungan dan rehabilitasi gelandangan dan gelandangan orang gila (psikotik). Namun aku ditertawakan oleh temanku, hal itu membuat aku sedih namun hanya kusimpan dalam hati karena aku tak mau berselisih paham dengan temanku. Temanku bilang : “mereka orang gila yang ga punya pikiran, buat apa kita tolong mereka, itu tindakan percuma.. lebih baik kamu sedekahkan uangmu pada orang-orang yang tidak mampu yang masih punya masa depan.. bukan mereka...” bahkan ada beberapa orang yang aku tanyakan pendapatnya mereka menjawab ; “ menolong mereka bukan urusanmu atau urusanku, itu urusan pemerintah” , ada juga yang berpendapat : “ Jauhi mereka, mereka kotor dan berpenyakit, apa kamu mau seperti mereka”.

Aku mau berdebat tapi... akhirnya aku memilih untuk diam karena pemikiran tiap orang dan jalan tiap orang berbeda, aku menghargai pendapat teman-temankuku dan hanya kudengarkan saja, namun aku tetap berpegang teguh pada keyakinanku bahwa “mereka” pantas untuk ditolong  karena setiap kali aku melihat gelandangan psikotik hatiku seperti teriris iris, mereka manusia juga, menurutku mereka jauh lebih mulia sebagai manusia karena mereka para gelandangan orang gila (psikotik) tak pernah menuntut apapun baik kepada manusia maupun kepada Tuhan. Mereka memang mahkluk mulia, karena kalo kita melihat kondisi mereka secara fisik sungguh sangat memprihatinkan karena mereka memang tidak sehat, bayangkan saja mereka makan apapun yang bisa dimakan, mereka tidur di manapun tempat yang bisa untuk tidur, mereka para gelandangan orang gila (psikotik) benar-benar tak terurus dan sakit secara fisik dan mental. Namun mereka tak pernah mengeluhkan rasa sakitnya kepada siapapun. Sungguh sangat mulia...

Melalui tulisan ini aku ingin mengilustrasikan bahwa orang gila yang berkeliaran di jalan tidaklah seseram apa yang kita bayangkan, mereka hanyalah manusia-manusia yang sedang membutuhkan pengobatan  dan perlakuan dan penghidupan yang layak sebagai manusia, mereka butuh dukungan serta bantuan dari pemerintah dan masyarakat.  Perlakukanlah mereka secara manusiawi dan pemerintah yang sejatinya mempunyai kewenangan dan kekuasaan, tolonglah mereka para gelandangan dan gelandangan psikotik secara manusiawi hingga tuntas karena bagaimanapun juga mereka juga bagian dari rakyat, bagian dari orang-orang terlantar, bagian dari fakir miskin yang dalam konstitusi tertinggi kita Pasal 34 UUD 1945 mereka wajib dipelihara oleh negara, diberi jaminan sosial serta disediakan pelayanan kesehatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun