Mohon tunggu...
Yunita Handayani
Yunita Handayani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ibu yang bahagia :) www.yunita-handayani.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mobil Bukan Arena Bermain Anak

13 Oktober 2011   23:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:59 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_135605" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi:http://familyhealthandhome.com"][/caption]

Suatu pagi, beberapa tahun yang lalu saat saya masih mengajar Sekolah Dasar, sekolah kami dikejutkan oleh berita bahwa dua orang kakak beradik siswa kami mengalami kecelakaan saat berangkat sekolah. Siangnya kami sedikit lega setelah mendengar berita bahwa kecelakaan tersebut tidak parah. Besoknya kedua kakak beradik tersebut sudah masuk sekolah. Si kakak agak memar di bagian dahi. Adiknya yang duduk di kursi depan lebih parah karena mulutnya sempat sobek dan ada gigi yang tanggal karena menghantam dashboard mobil. Ternyata saat kejadian ibu mereka mengerem mendadak menghindari sebuah sepeda motor. Bisa dipastikan kedua anak tersebut tidak memakai sabuk pengaman saat kejadian.

Seorang teman kantor saya, seorang ibu muda, menceritakan pengalamannya pertama kali mencoba mengajak putra bungsunya yang berusia 13 bulan naik mobil sendirian. Dia mendudukkan anaknya di bangku depan tanpa baby car seat atau menggunakan sabuk pengaman. Dia takut anaknya malah bakalan rewel dan berontak bila diletakkan di baby car seat atau memakai sabuk pengaman.

Saat anak tersebut di dalam mobil maka mulailah si anak beraksi. Mulai dari memencet-mencet tape sampai ikut-ikutan mamanya memegang-megang handle kopling. Hal ini agak membuat sang mama panik karena mobilnya menggunakan transmisi otomatis. Untungnya hal ini dapat dihentikan. Tapi kemudian si anak mencari kesibukan lain hingga akhirnya mampu membuka pintu mobil. Untungnya saat itu mobil berada di traffic light dan mamanya sejak awal sudah mengaktifkan central lock. Setelah anak dan mamanya turun dari mobil kepanikan tidak berhenti. Mamanya mendapati anaknya asyik mengunyah sesuatu. Setelah dilihat, ternyata si anak mengunyah serpihan handle kopling yang berhasil “dicurinya” sedikit demi sedikit saat dia di dalam mobil.

Semua pengalaman itu membuat teman saya kapok dan menganjurkan semua temannya untuk tidak menyetir sendirian bersama bayi tanpa memakai baby car seat atau sabuk pengaman.

Ada satu lagi cerita teman yang membuat saya bergidik setiap mengingatnya. Dia becerita anaknya suka sekali ikut memegang kemudi mobil. Jadi untuk menyenangkan anaknya dia menyetir mobil sambil memangku anaknya supaya anaknya bisa ikut-ikutan memegang kemudi. Saya cuma melongo tidak mampu membayangkannya.

Kita semua sudah tahu bahwa kesadaran menjaga keselamatan berkendara di negara ini begitu rendah. Tapi ebih memprihatinkan ketika kita juga tidak memperhatikan keselamatan berkendara saat membawa anak di dalam mobil. Sering sekali, bahkan menjadi hal yang biasa, saat kita melihat anak-anak di dalam mobil yang duduk seenaknya. Duduk di kursi depan, tanpa sabuk pengaman, bahkan berdiri meloncat-loncat sesukanya. Kita sering hanya memikirkan cara agar anak senang di dalam mobil, tidak berisik dan rewel, tanpa memperhatikan aspek keselamatan mereka.  Menjadikan mobil sebagai arena bermain anak. Padahal anak-anak rentan mengalami cidera paling parah bila terjadi kecelakaan dibandingkan orang dewasa.

Di banyak negara peraturan membawa anak di dalam mobil sangat ketat. Di Amerika misalnya, mengharuskan bayi di bawah dua tahun untuk diletakkan di baby car seat saat berada di dalam mobil. Selain itu anak-anak di bawah usia 13 tahun harus duduk di kursi belakang dan tentu saja harus memakai sabuk pengaman. Banyak negara yang memberi sangsi tegas bila seseorang mengemudi dengan anak tanpa memperhatikan aturan kselamatan yang ada.

Kenyataan yang terjadi di negara kita sangat memprihatinkan. Yang dewasa saja susah disadarkan untuk menjaga keselamatan diri saat berkendara, apalagi dianjurkan untuk menjaga keselamatan orang lain bahkan anaknya sendiri.

Mari mewariskan tradisi yang baik untuk anak-anak kita. Termasuk tradisi berkendara yang aman. Bila anak Anda berontak saat harus duduk di kursi belakang dan mengenakan sabuk pengaman, berilah pengertian bahwa ini untuk kebaikannya. Beri penjelasan hal fatal apa yang bisa terjadi bila mereka tidak menjaga keselamatan diri mereka saat berkendara. Tindakan berbicara lebih efektif daripada kata-kata. Jadi, Anda pun harus memberi teladan dengan cara menjaga keselamatan berkendara dengan benar di hadapan anak Anda.

Warisan yang berupa kebiasaan dan tradisi baik (legacy) lebih berharga daripada warisan barang (heritage) bagi anak Anda. Jadi, jangan hanya berpikir untuk mewariskan mobil mewah bagi anak Anda, yang terutama adalah wariskan cara berkendara yang aman dan baik bagi keselamatan mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun