Mohon tunggu...
Niswah Mufidah
Niswah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - pelajar

Tidak ada yang mustahil ketika kita terus mencoba dan berusaha dan tak lupa selalu ikhtiar dan tawakkal kepada Allah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Hak Asuh Anak Berpindah Tangan

21 September 2018   00:06 Diperbarui: 21 September 2018   01:07 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www gelombang otak.com

 

                Namaku Utami aku menikah di umurku yang menginjak usia 23 tahun. Selang setahun setelah pernikahan, kami dikaruniai seorang anak lelaki manis dan lucu. Saat itu kami masih bermukim di aceh kota yang sangat jauh dari orang tua membuatku tak patah semangat dalam menjalani hidup.

Aku bekerja sebagai tenaga pengajar di sekolah, sedangkan suamiku merawat kebun yang kami miliki biasanya anak kami diasuh oleh tetangga itupun jika aku benar-benar kepepet. Tahun sembilan puluh enam kami kembali dikaruniai anak perempuan, alhamdulillah bahagia tiada yang kami rasakan namun ada hal pahit yang harus kuterima dalam hidup ini.

Setahun setelah meninggalkan bumi aceh aku kembali ke kampung halaman. Aku bingung apa yang harus kulakukan terhadap kedua anakku yang notabenenya masih sangat membutuhkan peranku dalam mengasuhnya. Sempat aku bagi anak pertama kuasuh dan anak yang kedua aku titipkan ke rumah mertuaku, sedang suamiku merantau ke kalimantan demi menghidupi keluarga kami.

Suatu ketika aku kehilangan pekerjaanku ketika itu aku sudah melahirkan anak ke-tiga aku bingung, sedih, resah, gundah, perasaan itu bercampur jadi satu ditambah lagi suamiku pun keluar dari pekerjaannya. 

Kejadian itu berlangsung lama sampai akhirnya pamanku yang bekerja di sulawesi menawarkanku pekerjaan, tanpa pikir panjang aku pun langsung meng-iya-kan ajakan tersebut dan akhirnya tepat tahun 2000 aku merantau kesana. 

Sebelum pemberangkatan ayahku sempat melarangku untuk mengajak anak pertama kami ikut denganku namun aku bersikeras untuk tetap membawanya biar bagaimanapun juga ia adalah anakku, darah dagingku aku sangat menyayanginya. 

Namun ayah tetap memaksaku hingga akhirnya entah mengapa aku pun meng-iya-kan tawaran tersebut, aku pun dengan terpaksa meninggalkannya dibawah pengasuhan orangtuaku. 

Hari berganti bulan, bulan pun berganti tahun, tahun demi tahun telah berlalu begitu cepat tak terasa anakku sudah beranjak besar. Aku senang saat ayahku berkunjung kerumah bersama anakku yang pertama, tapi kedatangan keduanya membuatku terpukul bagaimana tidak? Anak lelaki yang dulu kukandung justru sekarang tak mengenali ibunya sendiri. 

Dia begitu dekat dengan ayahku seakan kakeknya itu adalah ayahnya sendiri, hatiku menangis merasakan pilunya menjadi seorang ibu yang tidak dekat dengan anak sendiri aku tak tau apa yang haruskan kulakukan selain hanya menangis dan menyesal. Beberapa hari telah berlalu tiba waktunya ayahku kembali ke kampung halamnnya, aku tak inbgin anakku pergi lagi akun ingin membayar semua kesalahanku di waktu lalu namun anakku enggan untuk hidup bersama adik-adiknya. 

Dengan berat hati aku melepas kepergiannya sungguh jika bisa aku memutar waktu aku ingin semua peristiwa ini tidak terjadi dalam hidupku namun apalah daya diri ini hanyalah manusia yang menjalankan skenario-Nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun