Mohon tunggu...
Nissaull Khusna
Nissaull Khusna Mohon Tunggu... Freelancer - DREAMER
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

dreamer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kecerdasan dan Keberhasilan-dan Bahaya yang Terjadi Jika Kita Tidak Membedakan Keduanya

11 April 2019   21:17 Diperbarui: 11 April 2019   21:27 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami telah menunjukkan bahwa kunci dari kecerdasan adalah bagaimana cara Anda belajar, bagaimana Anda menggunakan pengetahuan, dan bagaimana cara Anda memproses apa yang terjadi di sekeliling Anda. Namun pada zaman sekarang, ada sebuah penekanan yang luar biasa untuk lebih memerhatikan apa yang diketahui dibandingkan dengan bagaimana mereka mengetahui dan mempelajarinya. Nenek Babe yang berusia delapan puluh tahun menunjukkan hal ini dengan jelas sekali. Setiap kali bertemu dengan Josh yang berusia empat tahun, dia meminta Josh untuk mengucapkan abjad.

Dia juga kagum karena Josh bisa menyebutkan angka di kartu saat mereka bermain kartuDia seorang anak yang brilian karena bisa "menunjukkan kemampuannya" Kita semua melakukan hal ini kepada anak- anak kita: "Nyanyikan lagu yang kamu pelajari di sekolah untuk nenekmu." Teddy sudah tahu bagaimana menulis namanya. Mau lihat?" lika seorang anak mau memberikan sebuah pertunjukan, tidak ada yang salah dengan hal itu. Kita hanya perlu memahami bahwa menunjukkan apa yang mereka ketahui tidak berarti bahwa mereka cerdas, Itu hanya menunjukkan apa yang telah berhasil dicapainya.

Ketidakmampuan membedakan antara kecerdasan dan keberhasilan kini terjadi pada banyak orang dan bisa memiliki akibat yang sangat serius. Mampu melakulan sebuah tugas yang terbatas tidaklah sama dengan mampu menggunakan pengetahuan Anda dengan cerdas. Sebagai contoh, banyak yang merasa bersemangat karena di Amerika Serikat masalah pembelajaran usia dini akhimya mendapat perhatian penuh.

Pada tingkat negara bagian dan nasional, anak-anak akhirnya diakui sebagai sumber alam yang paling terbesar, dan para ndidik serta pembuat kebijakan bekerja untuk memastikan agar tersedia berbagai program dan sekolah yang memastikan anak-anak benar siap belajar. Inisiatif Presiden Bush untuk anak-anak benar aitu Good Start, Grow Smart, dan No Child Left Behind. semuanya memiliki tujuan yang baik.

Program-program ini disusun sehingga anak-anak yang kurang beruntung mendapatkan cukup informasi saat mereka masih kecil agar mereka bisa menjadi pembelajar yang kompetitif dalam masyarakat global. Berbagai inisiatif tersebut mendorong lembaga-lembaga pendidikan usia dini untuk mengajari anak anak prasekolah tentang apa yang perlu mereka pelajari dan memastikan bahwa anak anak itu tumbuh dengan cerdas dan mampu ber sosialisasi.

Untuk meningkatkan akuntabilitas, semua anak yang mengikuti program Head Start diuji dua kali setiap tahun dan perkembangan mereka diamati dalam tiga belas bidang antara lain penguasaan kosakata; pemahaman tentang buku (misalnya arah membuka halaman buku): kesadaran akan suara dalam irama dan kata; dan pengetahuan tentang angka.

Di atas kertas, ide ini terlihat bagus, tetapi banyak ahli yang khawatir bahwa pengujian keberhasilan dengan cara ini akan memaksa para guru untuk mengajarkan apa yang akan diuji dan mengalihkan perhatian mereka dari kurikulum yang meningkat kan kecerdasan dan kemampuan menyelesaikan masalah. Memang anak-anak perlu mengetahui nama-nama huruf.

Namun, jika ini dijadikan tujuan pembelajaran itu sendiri, akan mempersempit keberhasilan. Mary Ann, seorang guru dari anak-anak berusia empat tahun di Portland, Maine mengkhawatirkan, Aku harus menghabiskan sebagian besar waktuku untuk mengajarkan huruf dan angka dibarn dingkan dengan membaca buku dan memberikan waktu untuk menggambar kepada anak-anak.

Para cendekiawan di bidang literatur, bahasa, matematika, dan keterampilan sosial pun sepakat. Penulis Kathy Hirsh-Pasek baru keterampilan sosial pun sepa baru ini mengadakan sebuah pertemuan di Temple University di Philadelphia untuk membahas masalah ini secara panjang lebar. Para ilmuwan yang hadir membuat sebuah konsensus yang luar biasa. Mereka menyimpulkan bahwa penilaian tentang perkembangan anak-anak saat ini memiliki bias budaya dan terlalu menekankan hasil (artikan sebagai "keberhasilan") daripada prosesnya.

Anak-anak kecil perlu tahu bagaimana caranya belajar dan berpikir. Jika hanya menguji apakah mereka tahu nama-nama huruf, dan bukan apa mereka bisa menggunakan pengetahuan ini, kita telah salah sasaran, Jika hanya menguji berapa banyak kata yang mereka ketahui dan bukannya cara mereka menghubungkannya dengan alur cerita dan narasi, kita tidak akan tahu apakah kita sudah mempersiapkan mereka untuk membaca.

Jika hanya melihat apakah mereka tahu tentang nama simbol angka, kita tidak akan tahu apakah mereka memahami konsep "lebih banyak" atau "lebih sedikit" dan apakah mereka menyadari bahwa menambah dan mengurangi itu berhubungan. Jika hanya menguji permukaan dari keberhasilan, kita tidak akan pernah tahu apakah kita sudah mengembangkan kecerdasan. Dan, jika hanya menguji bahasa dan matematika, kita tidak pernah memikirkan perkembangan keahlian sosial yang sungguh penting untuk pertumbuhan anak-anak kah.
 
Dalam berbagai rekomendasi yang disampaikan kepada peme rintah, para cendekiawan yang bertemu di Philadelphia memuji gerakan untuk melihat bagaimana anak-anak belajar dan pertumbuhannya selama setahun di pendidikan usia dini. Informasi seperti ini akan penting untuk menentukan kurikulum pendidikan usia dini di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun