Mohon tunggu...
Dreamer
Dreamer Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer- Writer

Mengukir masa depan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Kisah dan Metafora (Part I)

19 Juni 2021   19:46 Diperbarui: 19 Juni 2021   20:12 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Petani Anggur / coolclips.com

Part I

Ada satu cerita yang mengisahkan tentang seorang petani anggur yang menganggur. Berawal dari hujan badai melanda desanya, memporak-porandakan seluruh lahan pertanian termasuk ladang anggur- yang seharusnya panen hari itu- miliknya.

Ia yang hidup dalam kemiskinan, tentu berpangku hanya pada ladang anggur, terpaksa harus siap menerima suratan takdir, musim ini tak jadi petani anggur malahan menganggur.

Hidup sebatang kara, tanpa istri dan anak, anehnya membuat ia bersyukur. Bukan tanpa alasan. Coba bayangkan apabila harus ada tiga perut lagi yang mesti diisi setiap hari? Ya, sepertinya akan sulit. Mengingat hanya anggur yang menjadi sumber kehidupannya.  Tapi sebentar.. kalau saja saat ini ia tidak nganggur, kehidupan tanpa istri dan anak justru akan terdengar jauh lebih menyedihkan bukan?

Sudah satu minggu semenjak hidup tanpa penghasilan. Setiap kali mencoba menghidupkan ladang, hujan badai malah datang menerjang. Rusak lagi, merasa sia-sia kemudian.

Setiap malam ia hanya bisa termenung dalam kegelapan. Memikirkan satu hal. Bukan soal mencari pekerjaan atau hidup berkeluarga. Tapi tentang bagaimana ia bisa kembali meladang anggur? Menjadi petani anggur adalah jalan hidupnya, ia pikir seperti itu. Selain sudah terbiasa, ia nyaman menjual anggur di pasar, bertemu dengan para saudagar dan mendapatkan pujian atas kualitas anggurnya yang luar biasa.

Di tengah keheningan malam, terlihat setitik cahaya datang dari kejauhan. Semakin mendekat dan rupanya seoran pria dengan obor datang menghampirinya. Si pria memperkenalkan dirinya sebagai seorang kacung saudagar kaya dari Barat tanpa menyebutkan nama, kemudian dikeluarkannya secarik kertas dari dalam saku bajunya yang lusuh. Kondisi kertasnya terlihat lecek menandakan si kacung harus naik gunung kemudian turun ke lembah untuk sampai ke Selatan.

Surat terbuka

Sepenggal kalimat sebagai awalan surat.

Setelah surat diterimanya, si kacung lantas bergegas pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun