Mohon tunggu...
Nisrina Q Asna
Nisrina Q Asna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Unpad/ Wakil Kepala Departemen Kajian Strategis Dakwah FISIP Unpad

Discover new things

Selanjutnya

Tutup

Politik

Feminisme: Sejarah dan Perkembangannya

14 Desember 2021   15:18 Diperbarui: 25 Desember 2021   08:33 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejarah dan Perkembangan Feminisme

Ide feminisme pertama kali dimunculkan oleh Abigail Adams, seorang aktivis dalam memperjuangkan hak perempuan didalam sosial ekonomi dan politik pada tahun 1776. Pada 1849 M, Elizabeth Blackwell menjadi perempuan pertama yang lulus dari sekolah kedokteran dan menjadi dokter di US.

Pada gelombang pertama, feminisme masih berjuang untuk mendapatkan hak pilih dan hak yang sama di ruang publik, baik perlakuan maupun pelayanan yang sama, hingga hak untuk ikut berperan dalam sektor sosial politik. Gelombang pertama feminisme ini menciptakan aliran feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme anarkis, feminisme marxist, dan feminisme sosialis.

Gelombang kedua feminisme (1960-1980), biasa dikenal sebagai gerakan pembebasan perempuan (woman liberation), yang mana ketika itu di Eropa-Amerika masih banyak terjadi diskriminasi baik berdasarkan jenis kelamin, ras, agama, hingga asal negara. Simone de Beauvoir dalam bukunya The Second Sex menulis bahwa ketika itu masyarakat barat menempatkan perempuan sebagai masyarakat kelas dua.

Betty Friedan, penulis buku 'The Feminine Mystique' pada 1966 memimpin perubahan sosial untuk menghilangkan diskriminasi, mendapat dan melindungi hak yang sama bagi seluruh perempuan di segala aspek sosial, politik dan ekonomi. Buku ini kemudian dianggap sebagai awal dari gelombang kedua gerakan feminis.

Gelombang kedua ini dianggap cukup berhasil mengubah cara pandang banyak masyarakat Eropa-Amerika terhadap peran perempuan di sektor publik (sosial, ekonomi, dan politik) dan menghasilkan banyak capaian, seperti menghapus UU yang bersifat diskriminatif terhadap perempuan—termasuk mengubah rasio perempuan didalam dewan dan melarang diskriminasi berdasarkan jenis kelamin di tempat kerja. Bahkan perempuan saat ini menjadi pegawai mayoritas di berbagai sektor pemerintahan di Amerika Serikat.

Gelombang ketiga feminisme memiliki pemisahan yang spesifik terhadap fokus gerakan mereka, yang kemudian tercipta feminisme postmodern, feminisme multikultural, feminisme global, dan ekofeminisme. Masing-masing aliran tersebut memiliki fokus isu masing-masing, tentu dengan tetap menempatkan perempuan sebagai basis pusat kajiannya.

Feminisme dan Islam

Diantara gagasan feminisme yang bertentangan dengan nilai Islam yaitu mendukung pelegalan LGBT, menolak institusi keluarga diatas dominasi laki-laki, pembebasan otoritas tubuh dari aturan hukum—termasuk aturan agama, dan lain sebagainya.

Banyak feminis yang beragama Islam kemudian berdalih dengan mengatakan bahwa feminisme versi kita itu berbeda, kita tidak setuju dengan LGBT, tidak setuju dengan istilah ‘tubuhku otoritasku’, bahkan tidak setuju dengan semua hal yang bertentangan dengan Islam.

Permasalahannya kemudian adalah bahwa selama kita berada di barisan dan gerakan yang sama dengan feminis, sadar tidak sadar, mau tidak mau kita juga berada di gerakan yang sama dengan orang-orang yang melegalkan LGBT, mendukung seks bebas, menolak kepemimpinan laki-laki di dalam keluarga, para aktivis ‘tubuhku otoritasku’, dan lain semacamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun