Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kenapa Kita Menunda? Ini Penyebab dan Cara Mengelolanya

17 Oktober 2018   09:25 Diperbarui: 17 Oktober 2018   18:38 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2018 hanya tersisa 2.5 bulan lagi yaitu Oktober, November, dan Desember.  Lalu, sudah sejauh manakah pencapaian target awal tahun ini?  Semoga (mayoritas) resolusi tahun baru kita sudah tercapai.  Tapi, bagaimana jika belum ada yang terlaksana karena satu dan lain hal, terutama karena kita menundanya?

Pepatah bijak "jangan tunda sampai besok apa yang bisa dikerjakan hari ini" sudah sering kita dengar.  Tapi, kok ya masih saja kita menunda?  Padahal kan kalau sudah selesai dikerjakan, hati dan pikiran pasti lebih ringan.  Pengalaman pribadi hehe..

Nah, lalu apa sih yang membuat seseorang (tak terkecuali saya) suka dan sering menunda?  Kebiasaan menunda akan semakin terasa ketika batas waktu (deadline) untuk mengerjakan sesuatu masih lama.  Alasan terbanyaknya, "Kan masih lama ini!"

Masih suka menunda? Bisa jadi karena tujuan Anda belum spesifik (www.betterlyf.com)
Masih suka menunda? Bisa jadi karena tujuan Anda belum spesifik (www.betterlyf.com)
Sementara itu, saat mendekati deadline, belum tentu segala sesuatunya akan berjalan lancar sesuai yang kita harapkan.  Bagi Kompasianer yang (sering) mengikuti lomba blog dari Kompasiana pasti merasakan betul sibuknya server di hari akhir lomba.

 Untuk pelajar dan mahasiswa, kebiasaan buruk 'SKS (Sistem Kebut Semalam)' saat ujian dengan begadang juga membuat badan dan pikiran ngos-ngosan.  Logika sederhananya, materi yang diajarkan berhari-hari harus diserap hanya semalam, fiuuh!

Maka itulah, menunda itu memang harus dikelola sehingga tidak membuat pusing kepala.  Jangan sampai karena kita ogah menunda, eh yang ada malah jadi tergesa-gesa.  Yuk, kita cermati penyebab penundaan dan kiat mengantisipasinya.

Kebiasaan menunda seringkali karena seseorang merasa batas waktunya masih lama (www.acefitness.org)
Kebiasaan menunda seringkali karena seseorang merasa batas waktunya masih lama (www.acefitness.org)
Tiga Penyebab Utama Kita Suka Menunda

Pasti banyak penyebabnya kenapa seseorang sering menunda.  Mulai dari rasa malas, sibuk, hingga benar-benar lupa menjadi faktor resiko terjadinya penundaan tindakan.  Secara garis besarnya, ada tiga hal utama yang mengakibatkan kita menunda.

Pertama,  kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan sempurna (perfectionist).  Para perfeksionis ini cenderung menunda karena menurut mereka, masih saja ada yang belum sempurna sehingga harus terus diperbaiki sesuai (standar) mereka.  Pola asuh dan lingkungan juga ikut membentuk karakter ini.

Penelitian dari American Psychological Association pada 2017 mendapati bahwa generasi milenial lebih perfeksionis daripada generasi sebelumnya.  Para peneliti menemukan hasil yang menunjukkan generasi yang lahir setelah tahun 1980 menganggap banyaknya prestasi membuat mereka akan lebih dihargai secara sosial.

Kecenderungan menjadi perfeksionis ini pun terus bertambah jumlahnya di era media sosial.  Orang akan saling membandingkan pencapaian mereka dengan orang lain via dunia maya.  Bagi blogger, kebiasaan mengunggah artikel lomba di jam-jam terakhir deadline bisa jadi karena mereka melihat artikel blogger lain yang lebih awal dimuat (tampaknya) masih bisa mereka sempurnakan.  Sedangkan juri lomba sudah terlatih untuk mencermati antara ide asli dengan ide 'asli plus revisi sana-sini.' Betul kan?

Kedua, orang yang sulit berkata 'tidak' terhadap permintaan orang lain (passive aggressive) juga beresiko seringkali menunda.  Ketika perfeksionis menunda karena memiliki standar luar biasa, maka si pasif-agresif menunda lebih karena tidak enak hati.

Perilaku pasif-agresif berupa penundaan pekerjaan ini akan lebih terlihat dengan adanya hirarki atau tingkatan.  Contohnya, mahasiswa yang tidak menyukai dosen di mata kuliah tertentu lebih cenderung untuk menunda pengumpulan tugasnya dibandingkan mahasiswa yang menyukai ataupun netral terhadap sang dosen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun