Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Angin Boleh Menderu, Tapi Produktivitas Harus Tetap Melaju

13 Agustus 2018   11:19 Diperbarui: 14 Agustus 2018   20:41 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang dewasa maupun anak muda, semuanya harus menjaga kesehatan saat masa peralihan cuaca (Dokpri)

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki dua musim. Keduanya yaitu musim kemarau dan musim hujan. Saat musim kemarau, jelas suhu udara panas.  Ketika musim hujan, udara pun terasa dingin. Namun, selama kedua musim itu, angin terus menderu sepanjang waktu.

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan melimpahnya hembusan angin di negeri tropis seperti Indonesia. Angin dapat dikonversi menjadi sumber energi yang sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari. Tetapi, bagaimana jika angin (juga) menjadi penyebar virus penyakit?

Contoh yang paling sering ditemui oleh masyarakat Indonesia adalah saat periode pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke hujan dan sebaliknya. Penderita influenza, batuk, pilek, dan masuk angin akan meningkat jumlahnya selama masa pancaroba.

Berkebun memang menyenangkan tapi bisa terkena hembusan angin yang mengganggu kesehatan (Dokpri)
Berkebun memang menyenangkan tapi bisa terkena hembusan angin yang mengganggu kesehatan (Dokpri)
Pergantian siklus angin saat pancaroba membuat tubuh harus beradaptasi dengan perubahan musim. Seseorang yang kurang fit tubuhnya akan lebih rentan sakit ketika pancaroba tiba. Virus penyakit yang ditularkan melalui udara, contohnya influenza, pun mudah menyerang.

Selain saat pancaroba, angin di saat dinginnya malam hari atau terik siang hari juga berpotensi membawa virus penyakit. Kondisi ekstrem suhu tubuh baik berupa kepanasan maupun kedinginan sama-sama berakibat pada menurunnya daya tahan atau imunitas tubuh seseorang.

Tak heran, masyarakat Indonesia sejak lama telah familiar dengan ramuan tradisional untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Bentuknya berupa jamu yang dikonsumsi dalam bentuk cairan. Jamu berasal dari tanaman herbal seperti buah adas, cengkeh, jahe, dan sejenisnya.

Tolak Angin Sido Muncul kini tersedia varian
Tolak Angin Sido Muncul kini tersedia varian
Keluarga saya termasuk peminum rutin jamu. Saat ada anggota keluarga yang jatuh sakit, Ibu sigap merebus berbagai tanaman herbal untuk kemudian disaring air rebusannya sebagai jamu. Sebelum bepergian, terutama ke luar kota, Ibu biasanya juga merebus jamu dahulu.

Tentunya jamu buatan Ibu itu harus segera dihabiskan. Kalau pun ingin dibawa dalam wadah botol, maka jamu rebusan itu juga hanya kuat selama 3 -- 4 jam. Setelah itu, bau dan rasa jamunya jadi tak enak alias tak layak minum lagi. Sayang kan kalau sampai terbuang begitu saja.

Maka itulah, kehadiran "Tolak Angin Sido Muncul" dalam bentuk kemasan (sachet) yang praktis sangat membantu kenyamanan badan dalam keseharian. Tolak Angin semakin membantu saat kami sekeluarga harus ke luar rumah dengan kondisi cuaca (ekstrim) yang tak menentu.

Saat bepergian, yuk bawa Tolak Angin sebagai bekal perjalanan (Dokpri)
Saat bepergian, yuk bawa Tolak Angin sebagai bekal perjalanan (Dokpri)
Tolak Angin termasuk produk (asli) bangsa Indonesia yang berskala dunia. Tahun 1930, Tolak Angin pertama kali diformulasikan oleh Ibu Rahmat Sulistyo sebagai pendiri PT SIDO MUNCUL. Lalu, 67 tahun lalu atau tepatnya tahun 1951, Tolak Angin mulai diproduksi massal.   

Fungsi utama Tolak Angin memang untuk mengatasi gejala masuk angin. Namun, pengalaman kami sekeluarga mendapati, Tolak Angin sebagai Obat Herbal Terstandar juga mampu mengobati beberapa keluhan kesehatan lainnya seperti batuk, sakit perut, dan radang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun