Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Bijak Mengelola Keuangan, Paksaan atau Pilihan?

29 Juni 2018   09:49 Diperbarui: 30 Juni 2018   03:32 3215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay/Rawpixel)

Identifikasi Masalah:

Mudah dan sering terpengaruh dengan lingkungan sekitar (trend follower)  

Alternatif Solusi:

Dengarkan saran dari para ahli dan institusi keuangan dengan reputasi yang telah terpercaya dan dapat diandalkan lalu sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.  Langkah ini untuk mengantisipasi efek negatif dari Herd Behavior atau "perilaku individu yang lebih mengikuti keputusan dan tindakan kebanyakan orang saat memilih sesuatu daripada membuat lalu mengandalkan keputusannya sendiri (Samson, 2014). Padahal, belum tentu, pendapat yang diikuti sebagian besar orang itu tepat untuk semua lapisan masyarakat.

Di Indonesia, pernah terjadi demam batu akik sehingga (hampir) semua orang tertarik untuk mengoleksinya dengan harapan memperoleh keuntungan ketika diperjualbelikan.  Namun, bukannya laba yang diterima, malah modal yang sudah dikeluarkan hilang tak karuan rimbanya.  Atau saat komoditi tertentu tersebut sudah berkurang pamornya dengan masuknya trend terbaru, maka nilai jualnya pun ikut menurun drastis.

Kenyataan pahit itu bukannya terjadi sekali atau dua kali, tapi sudah banyak kasusnya dan bahkan hingga berulangkali dimuat di media massa.  Anehnya, masih banyak saja orang yang terjebak dengan pola yang serupa. Efek herd behavior ini semakin terlihat dalam sektor keuangan, terutama investasi saham. 

Banyak investor saham yang langsung mengikuti langkah para pemegang saham lainnya -- tanpa berpikir lebih rasional sambil mencermati keadaan - ketika terjadi fluktuasi atau ketidakstabilan nilai saham sehingga menimbulkan stock market bubble atau sekilas saham tertentu terlihat menguntungkan namun kenyataannya belum tentu demikian (Banerjee, 1992).

Ilustrasi 3 (www.udemy.com)
Ilustrasi 3 (www.udemy.com)
Kesimpulan      

Experience is the best teacher.  Namun, cukuplah kita belajar dari pengalaman orang lain yang telah merasakan pelajaran berharga dari kurang bijaknya pengaturan keuangan mereka sehingga tidak harus mengalaminya juga.

Jika merasa diri masih belum mampu mengelola keuangan dengan tepat dan juga cermat, menggunakan jasa perencana keuangan (financial planner) dan institusi keuangan juga sangat dianjurkan untuk dipertimbangkan.  Lalu bagaimana caranya mengetahui bahwa financial planner dan lembaga keuangan yang akan menjadi mitra konsultasi keuangan kita profesional di bidangnya?

Pertama dan yang terutama, pastikan perencana keuangan tersebut telah memiliki sertifikasi resmi dan bergelar Certified Financial Planner/CFP (Perencana Keuangan Tersertifikasi).  Untuk lembaga keuangan, bisa dicek daftarnya melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun