Mohon tunggu...
Annisa Kurnia Pratiwi
Annisa Kurnia Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Teknik Kimia UPN "Veteran" Jawa Timur | Asisten Tenaga Kefarmasian

Hallo! Saya Annisa Kurnia Pratiwi, tulisan ini memuat tentang pendapat saya pribadi berdasarkan hal-hal yang pernah saya baca dari buku ataupun informasi terkini. Selamat membaca dan salam literasi!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar dari S-T-A-R Yuk!

4 Juni 2022   12:04 Diperbarui: 4 Juni 2022   12:30 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam sebuah buku henry manampiring yang merupakan salah satu buku mega best seller dengan judul "Filosofi Teras" membahasa salah satu topik mengenai pengendalian diri dalam menghadapi emosi negatif dan beberapa peristiwa yang menghampiri kehidupan. Salah satu metode yang digunakan oleh para filsuf stoa adalah S - T - A - R (Stop, Think, & Assess, Respond). Yuk simak dengan baik, kita akan bahas satu persatu mengenai arti dan makna dari setiap kata.

1. STOP (berhenti)

Pada bukunya tertulis, ketika kita merasakan suatu emosi negatif ataupun energi negatif yang masuk ke dalam pikiran kita. Secara sadar kita harus berhenti dulu dan jangan terus menurus larut dalam perasaan tersebut. Anggap saja kita sedang berteriak didalam hati "time-out!". Beri jeda untuk pikiran kembali jernih walaupun terserang oleh banyak emosi negatif. 

Cara ini bisa terus dilatih pada semua emosi negatif yang mulai terdeteksi, seperti takut, khawatir, marah, cemburu, dan lain sebagainya. Walaupun kelihatannya mustahil tapi dengan terus dilatih dengan semua kondisi dan situasi kita akan bisa terlihat lebih tenang dalam merasakan emosi negatif tersebut.

2. THINK  & ASSESS (dipikirkan dan dinilai)

Ini berlanjut dari tahap sebelumnya yaitu stop (berhenti sejenak). Sesudah menghentikan proses emosi sejenak, kita bisa aktif kembali untuk berpikir. Memaksakan diri untuk berpikir secara rasional saja sudah mampu mengalihkan kita dari kebablasan menuruti emosi. 

Walaupun di awal perlu pemaksaan kepada pikiran untuk berpikir rasional, tapi itu sudah menjadi awal untuk kita mulai berpikir dan tidak menuruti emosi. Kemudian, mulai menilai "apakah perasaan saya ini benar atau tidak ?", "apakah kita sudah memisahkan antara fakta objektif dari interpretasi kita sendiri ?". 

Dan "apakah emosi ini terjadi di dalam kendali saya atau di luar kendali saya?". Pertanyaan - pertanyaan ini bisa dilontarkan kepada diri sendiri ketika berapa di dalam fase ini, sehingga pikiran bisa langsung memproses kondisi yang sedang terjadi

3. RESPOND

Sesudah kita berupaya untuk menggunakan nalar, berusaha untuk rasional dalam mengamati situasi dan emosi mulai sedikit menurun, barulah kita memikirkan respon apa yang akan kita berikan. Respon bisa dilakukan dalam bentuk ucapan atau tindakan. Karena pemilihan respon tersebut datang sesudah kita memikirkan situasinya baik-baik saja atau tidak. 

Sehingga pada akhirnya diharapkan ucapan dan tindakan respon ini adalah hasil penggunaan nalar/ rasio yang sebaik-baiknya, dengan prinsip bijak, adil, menahan diri (tidak terbawa perasaan/ emosi), dan berani (courage).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun