Mohon tunggu...
Nisa Hilry
Nisa Hilry Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer dan novelis

"Terus semangat menulis!"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ama Te Stesso (4)

21 Januari 2019   09:48 Diperbarui: 21 Januari 2019   09:53 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
documentpribadi edit with PicsArt

Gue berdiri di depan pintu cafe dan memerhatikan seantero cafe. Lalu berjalan menghampiri sebuah meja dengan tiga orang glamories. Gue malu dengan kehidupan mereka yang seperti emas di toko perhiasan. Entahlah, gue lebih memilih menjadi bahan bangunan, daripada menjadi sebuah perhiasan.

"Lama banget, lo! Buruan, mau pesen apa?" tanya Vee.

"Lah, gue ga mau mesen makanan yang menyiksa diri, gue!"

"Lebay, lo!"

"Lah, lu yang lebay, makan harus dijaga ketat banget, sekalian ajalah lu gaji security buat jaga berat badan, lu! Kalo makanlah, ya dikira-kira juga, kali. Kalo berat badan naik, ya olahragalah!" oceh gue seraya mengupil.

"Iww, jorok, lo!"

"Udah ... sabar, Yank. Lagian, kenapa kamu ajak dia? Tahu dia somplak, gini." Andre menggenggam tangan Dee.

Gue cuek saja dengan spekulasi mereka berdua. So, semua orang bebas berpendapat, berekspresi, berkarya dan menilai. Tapi sayangnya, kebebasan malah menjadi pengantar menghina kekurangan orang lain.

"Yaudah, kita mau makan dulu. Kalo lo mau mesen, pesen aja! Gue yang bayarin," ucap Andre.

"Lah, ga bakalan gue pesen makanan. Simpen aja uang, lu, Andre Jhackon." Gue mengangkat sebelah kaki, duduk bergaya seperti laki-laki gagah.

"Terserah...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun