Mohon tunggu...
Anns Rh
Anns Rh Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

You are what you believe

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Media Sosial Dapat Mengakibatkan Depresi

2 Juli 2020   18:07 Diperbarui: 2 Juli 2020   17:57 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Penggunaan media sosial dapat membuat seseorang depresi, yaitu dengan unggahan yang ada pada media sosial.

Penyanyi asal Amerika Serikat, Selena Gomez mengakui, telah menghapus aplikasi media sosial Instagram dari telepon seluler nya. Sekiranya dalam seminggu sekali Selena menghapus aplikasi instagram, dan dia mengungkapkan bahwa terkadang ia tidak dapat menghindari pernyataan yang menyakitkan melalui media sosial. Meski demikian, ia tetap mempertahankan akun instagram nya. Jika ingin membagikan sesuatu dengan pengikutnya, ia akan meminjam telepon seluler orang lain. 

Langkah ini ia ambil karena ia merasa aktivitasnya di akun media sosial itu menjadi tidak sehat. "Dan itu mempengaruhi saya. Itu membuat saya depresi dan merasa tidak baik tentang diri sendiri," ujar selena saat tampil dalam acara Live with Kelly and Ryan.

Penelitian yang diterbitkan oleh American Psychological Association menemukan jumlah remaja dan orang dewasa yang mengalami gejala psikologi negatif melambung tinggi. Hal tersebut terjadi pada mereka yang lahir pada 1995 ke atas. Lonjakan terbesar gejala terjadi pada 2011, ketika media sosial mulai banyak dipergunakan.

Survei lainnya bernama National Survey on drug use and Health di Amerika Serikat. Ini adalah sebuah survei yang mengamati penggunaan narkoba, alkohol, kesehatan mental, dan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan kesehatan pada individu Amerika berusia 12 tahun ke atas sejak 1971.

Mereka melihat tanggapan survei lebih dari 200 ribu remaja dari usia 12 hingga 17 tahun pada 2005-2017 dan hampir 400 ribu orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada 2008-2017. Hasilnya, tingkat individu yang melaporkan gejala depresi berat dalam 12 bulan terakhir meningkat 52 persen pada remaja usia 12-17 tahun dan 63 persen pada orang dewasa muda usia 18-25 tahun.

Salah satu cara mengatasi kecemasan yang muncul akibat pemakaian media sosial adalah dengan detoks digital. Tokoh Blog Indonesia, Enda Nasution, mengatakan detoks media sosial bisa dilakukan dengan menghapus aplikasi media sosial di telepon seluler masing-masing seperti yang dilakukan Selena Gomez. Program detoks media sosial juga bisa dengan cara mengurangi aktivitas memperbarui status.

Salah satu peneliti, bernama Sujarwoto yang menggarap riset ini bersama dua rekannya, Adi Cilik Pierawan dan Gindo Tampubolon mengatakan "mereka yang berlebihan dalam memakai media sosial punya kesehatan mental yang buruk atau punya risiko depresi,".

Penelitian yang dimulai sejak tahun 2016 ini menggunakan data dari Indonesia Family Survey (IFLS) pada tahun 2014 yang merepresentasikan 83 persen populasi di seluruh Indonesia. Responden penelitian ini adalah 22.423 orang dewasa yang berusia di atas 20 tahun dari 9.987 rumah tangga. 

Selanjutnya, Sujarwoto mengatakan bahwa mereka yang tinggal di wilayah perkotaan memiliki kemungkinan mengalami gangguan kesehatan mental lebih tinggi dibanding mereka yang hidup di desa. Karena tuntutan masyarakat di kota lebih tinggi, serta gaya hidup di kota juga lebih tinggi. 

Ada perasaan iri yang mempengaruhi gangguan kesehatan mental akibat penggunaan media sosial yang berlebihan. Itu karena di dunia maya, banyak orang yang membandingkan kehidupannya dengan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun