Mohon tunggu...
Nirwanti Wanti
Nirwanti Wanti Mohon Tunggu... Guru - JALANI SAJA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Biar takdir menentukan segalanya..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Akulah Kibas Pengganti"

21 Juli 2021   07:40 Diperbarui: 21 Juli 2021   07:43 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perayaan Hari Raya Idul Adha tak lengkap rasanya bila kita tidak mengingat sejarah kurban. Kisah ini terkait dengan cerita Nabi Ibrahim dan anaknya, Ismail.
Ayah dan anak ini menunjukkan arti ketaatan yang sebenarnya kepada Allah SWT. Dari kisah keduanya, Bunda bisa mengenalkan makna berkurban di Hari Raya Idul Adha 1442 H, yang jatuh pada 20 Juli 2021.Cerita bermula saat Nabi Ibrahim AS mengunjungi istri dan anaknya, Hajar dan Ismail, yang sedang berada di Mekah. Suatu hari, Nabi Ibrahim bersama Hajar dan Ismail menggiring ternak yang berpuluh-puluh jumlahnya.Hari mulai larut dan mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan tidur di suatu tempat bernama Masy'aril Haram. Karena terlalu lelah, ketiganya langsung tertidur pulas.
Malam itu, Nabi Ibrahim tiba-tiba bermimpi. Ia diperintah untuk menyembelih Ismail sebagai kurban kepada Allah SWT.

Beliau lalu terbangun dan terdiam, berusaha mengartikan mimpinya tersebut. Sampai pagi tiba, dia tetap terjaga dan tak mau menceritakan mimpinya itu pada sang istri dan anaknya. Ia takut mimpi itu hanya membuat Hajar dan Ismail takut dan gelisah.Perjalanan pulang dengan ternak-ternak pun dilanjutkan. Mereka sempat berhenti sejenak untuk istirahat hingga akhirnya melanjutkan perjalanan kembali.

Setelah tiba di rumah mereka di Mekah, Nabi Ibrahim kerap terdiam dan tak banyak bicara. Sedangkan, wajah Ismail selalu tersenyum dan berseri.

Saat malam tiba, Nabi Ibrahim kembali mendapatkan mimpi yang sama. Suara itu terdengar begitu jelas dalam mimpinya.

"Wahai, Ibrahim! Sembelilah Ismail untuk berkurban kepada Allah SWT!" demikian suara dalam mimpi Nabi Ibrahim.
Ketika terbangun dari tidurnya, Nabi Ibrahim menjadi resah. Mendekati waktu Subuh, dia pun mengambil air wudhu, lalu membangunkan istri dan anaknya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Untuk ketiga kalinya, Nabi Ibrahim kembali bermimpi tentang perintah menyembelih Ismail. Hal ini lalu membuat dia yakin bahwa mimpi itu merupakan perintah dari Allah SWT pada dirinya.
Memikirkan untuk menyembelih putranya sempat terpikirkan oleh Nabi Ibrahim. Sebagai seorang ayah, dia begitu menyayangi sang putra. Mengetahui hal itu, setan pun mulai mencoba meruntuhkan ketakwaan Nabi Ibrahim. Setan berkali-kali membujuknya untuk membangkang, namun semua itu ditepis Nabi Ibrahim.

Suatu hari, Nabi Ibrahim sudah tak mampu lagi menanggung beban pikiran itu. Meski berat, dia telah bertekad untuk melakukan perintah Allah SWT.
Nabi Ibrahim lalu memanggil Ismail dan memintanya sabar serta tabah. Ismail pun mulai memahami keresahan ayahnya.

"Ayah, apa pun perintah Allah SWT, katakanlah! Saya akan tetap sabar dan sabar. Sebagai orang beriman, apa pun perintah Allah SWT harus dilaksanakan. Jelaskanlah, saya akan tabah dan sabar mendengarnya," kata Ismail.

Nabi Ibrahim lalu menjelaskan mimpinya pada sang putra. Wajah Ismail tampak tidak berubah dan terlihat menunjukkan ketabahan.

Setelah bicara dengan Ismail, Nabi Ibrahim lalu bicara dengan istrinya. Hajar menangis, lalu mendekap erat Ismail. Hajar hanya bisa menangis, tanpa bisa mencegah karena dia menyadari bahwa perintah itu datang dari Allah SWT.

Setelah keluarganya tahu, Nabi Ibrahim pun bersiap untuk menjalakan perintah Allah SWT. Iblis sempat mencoba menggoda Nabi Ibrahim, tapi dia tidak terpancing hingga iblis itu hilang dari pandangan.

Berkali-kali Nabi Ibrahim bertemu dengan iblis dan jelmaannya dalam perjalanan bersama Ismail. Nabi Ibrahim tak berkutik dan melempar iblis itu sambil berseru, "Enyah kau iblis...jangan mengganggu kami!"
Setelah beberapa kali dihadang, Nabi Ibrahim dan Ismail akhirnya sampai di Bukit Malaikat di daerah Mina. Sejenak Nabi Ibrahim berpikir dan memohon petunjuk dari Allah SWT.
Nabi Ibrahim lalu menemukan batu datar yang cukup besar. Ismail lalu dibaringkan di sana. Wajah Ismail ditutupi oleh bajunya karena Nabi Ibrahim tak tega melihat anaknya disembelih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun