Mohon tunggu...
Retno Wahyuningtyas
Retno Wahyuningtyas Mohon Tunggu... Human Resources - Phenomenologist

Sedang melakoni hidup di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Teknologi tidak Mampu "Memeluk" Kesepian Manusia

12 Januari 2019   15:14 Diperbarui: 12 Januari 2019   15:30 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kalau tidak salah, saya pernah menuliskan bahwa kesepian itu dirasakan tidak hanya oleh laki-laki saja tetapi juga perempuan. Sama seperti menangis, kondisi yang manusiawi dan akan ditanggung oleh insan manusia. Hanya saja, di era teknologi seperti saat ini, kesepian semakin menggilas habis makna kebersamaan. Secara sosial, manusia telah sibuk dengan urusan masing-masing dan pada perasaan masing-masing yang dibagikan pada akun media sosial masing-masing.

 Secara kuantitas, manusia menelurkannya ke banyak akun media sosial media yang dimiliki, seolah-olah menjadi satu-satunya yang akan/ingin diperhatikan, teknologi menjadi ruang berteduh sementara bagi manusia, tetapi tidak akan pernah menggantikan proses alami dari sebuah perjalanan. Bagaimana bertemu, berbincang-bincang, saling menatap, berpegangan tangan, mandi hujan, saling menyuapi makanan, saling mengusap, berpegangan tangan, bahkan saling memeluk ketika saling terluka dan tersakiti. Sebab pertemuan langsung adalah obat sebab melibatkan proses biologis, psikologis, spiritualis, dan sebagainya. Ada timbal balik yang dihasilkan antara manusia meskipun hanya saling diam tanpa bersentuhan atau hanya sekadar diam. Kesemua pekerjaan ini tidak dapat digantikan oleh mesin apapun, tetap saja hati manusia adalah hal purba sekaligus yang dapat diunggulkan dalam merawat kehidupan ini. 

Tetapi seiring di perjalanan, keberadaan media sosial menambah beban kesepian manusia dengan tampilan postingan yang hanya menunjukan raut ekspresi kebahagiaan dan menyembunyikan kesepian sosial. Padahal, idealnya ketika teknologi menjadi alat bantu bagi kebertahanan hidup manusia, semestinya tidak merenggut nilai-nilai kemanusiaan, harusnya menjadi semakin kuat karena saling melengkapi. Namun kenyataannya, masyarakat semakin terpisah dalam keterjangkauan sosial dan psikis, meski dekat dalam jangkauan dunia yang dilipat oleh teknologi. 

Bila boleh berkomentar, saya akan menganalisis rutinitas teman saya ini. Bukan dalam rangka untuk menjadi yang paling hebat sehingga menjengkalinya. Tetapi saya juga ingin belajar dan mencatat, sehingga ketika saya tersesat lagi. Saya mampu mengingatkan diri saya sendiri. Kekurangan minat terhadap sesuatu hal di usia QLC juga hal-hal yang berbahaya sebab tubuh membutuhkan sesuatu untuk mengalihkan dan mengedarkan energi (positif ataupun negatif) sehingga tetap bisa waras dan berpikir jernih terhadap setiap kondisi yang akan dihadapi setiap harinya. 

Keinginan untuk berpoligami memang bukan urusan saya untuk kemudian  menjustifikasi dengan standar moral yang lebih banyak bias dalam memandang inti persoalan. Tetapi membingkainya dalam cara pandang gender dan kemanusiaan dimana keadilan yang digadang-gadang mampu dilakukan, nyatanya dapat lahir dari proses yang latihan dan olah rasa dalam waktu yang panjang. Ketika memperlakukan seseorang lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya tetapi berdalih telah meletakkan keadilan dalam level sama rata. Saya merasa kita semua perlu belajar lagi ehehe. Perlu mendedah antara cinta yang sebenarnya, atau cinta yang sebenar-benarnya. Saya juga tidak terlalu paham. 

Semoga hati manusia dipenuhi kedamaian yang menyisir sampai ke dalam qalbu. Jangan lupa bahagia dan menyapa tetangga ya. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun