Halo, sobat sekalian! Hari ini saya akan membahas tentang hal yang mungkin sudah tidak asing lagi di telinga sobat semua. Yaitu terkait 'Korupsi.'
Sebelum itu, sobat sekalian pasti sudah tahu apa itu 'Korupsi.' Korupsi merupakan suatu perbuatan yang bertentangan atau berlawanan dengan perilaku yang jujur dan juga merupakan perbuatan yang melawan hukum. Oleh karena itu, sering kali korupsi dikaitkan dengan masalah politik, ekonomi, kebijakan pemerintahan dalam masalah sosial maupun internasional serta pembangunan nasional.
Nah, setelah sobat sekalian tahu apa itu pengertian dari 'Korupsi', di sini saya akan membahas korupsi dari 'Perspektif Psikologi', karena ilmu psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan korupsi juga merupakan suatu perbuatan yang berhubungan dengan kepribadian suatu individu yang melakukan tindakan atau hal tersebut hingga akhirnya individu tersebut menjadi korupsi.
Dalam ilmu-ilmu sosial khususnya psikologi, mengapa orang berbuat korupsi dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu perspektif individu, perspektif institusional-organisasional, dan perspektif interaksional. dikutip dari Buku Psikologi untuk Indonesia Maju dan Beretika.
Perspektif Individu
Pada individu yang terlibat ke dalam aktivitas kriminal yang sering dan juga repetitif setelah melakukan suatu aktivitas kriminal tertentu hanya akan merasa sedikit atau bahkan sama sekali tidak merasa menyesal sedikit pun setelah melakukan aktivitas kriminal tersebut, merupakan bagian dari 'Konsep Psikopat.' Individu-individu tersebut umumnya penuh tipu muslihat dan juga manipulatif.
Menurut Greene dkk (2007), Individu-individu tersebut juga cenderung menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang penuh akal atas perilaku mereka.
Selain itu, adapun teori lain yang berasal dari paradigma psikoanalisis yang juga membahas perspektif individu. Yaitu teori-teori psikoanalisis dan psikodinamika. Dalam teori ini membahas adanya peran dalam proses-proses dan konflik-konflik dalam diri sebagai determinan pelaku.
Menurut Hollin (1989), Model psikoanalisis menggabungkan konflik internal yang belum terselesaikan, kurangnya stabilitas emosional, dan peristiwa masa kanak-kanak.
Perspektif Institusional-Organisasional
Nah, sobat sekalian! Sebelumnya kita sudah membahas tentang salah satu perspektif psikologi yang menjelaskan mengapa orang dapat berbuat korupsi dalam perspektif individunya. Dan pada perspektif ini, perspektif Intitusional-Organisasional juga termasuk ke dalamnya loh!Â
Pada tingkat makro, banyak kriminolog percaya bahwa budaya persaingan berbasis nilai dan keyakinan yang sangat kuat dalam sistem sosial memiliki efek pro-kejahatan (kecenderungan untuk menyebabkan atau mendorong kejahatan). Selain faktor makro, adapun budaya yang membentuk perilaku suatu masyarakat serta peran yang dilakukan secara khusus oleh negara dan korporasi.
Kejahatan keuangan yang melibatkan korporasi menjadi terfasilitasi ketika kontrol sosial ini kurang, yakni regulasi agen-agen pemerintah gagal untuk melarang aktivitas bisnis yang menyimpang atau mencegah kejahatan korupsi yang berperan memuluskan atau melindungi aktivitas bisnis tersebut (Hulsman & Walle, 2010).
Perspektif Interaksional
Korupsi terjadi sebagai hasil meniru perilaku orang lain, dikuatkan oleh adanya ganjaran dan ketidakinginan dihukum, dilemahkan oleh adanya stimuli aversif dan hilangnya ganjaran (Akers dkk 1979).Â
Selain itu adapun dinamika terkait aspek-aspek perilaku korupsi seperti Transmisi Nilai dari Keluarga, Organisasi, dan Masyarakat, Emosi Moral, Orientasi Hedonistik, Integritas Moral, Ketidaktangguhan Personal, Interaksi antara Individu dan Kelompok.
Sekarang sobat sekalian sudah tahu kan? Berbagai perspektif dibalik mengapa orang dapat berbuat korupsi melalui perspektif psikologi.
Nah, oleh karena itu adapun upaya yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan juga menghindari korupsi nih sobat sekalian!
Upaya yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan juga menghindari korupsi bisa kita lakukan di berbagai macam lingkungan. Seperti lingkungan individu, lingkungan keluarga, lingkungan kelompok, lingkungan organisasi, lingkungan tempat kerja, lingkungan masyarakat dan masih banyak lagi.
Upaya untuk mencegah dan juga menghindari korupsi bisa kita lakukan sejak dini juga loh! Seperti menanamkan nilai kejujuran pada anak sejak usia dini, displin dan taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, hidup sederhana dan juga bersyukur, serta menanamkan nilai integritas anti korupsi pada anak sejak usia dini.
Sekarang sobat sekalian sudah tahu kan tentang korupsi dari perspektif psikologi dan upaya apa sajakah yang bisa sobat sekalian lakukan untuk mencegah dan menghindari korupsi.
Demikian pembahasan terkait korupsi dari perspektif psikologi dan upaya apa sajakah yang bisa kita lakukan dalam mencegah dan juga menghindari korupsi.
Terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan ini, semoga bermanfaat!
Salam Hangat,
Berlian