Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sapi Emas Samiri dan Sapi LHI dalam Kisah Penuh Dosa

2 April 2013   02:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:53 2960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Samiri membuat patung sapi dari emas agar bisa menarik para pengikut Musa. Samiri merasa tidak puas menyembah Allah yang tidak kelihatan. Samiri memroklamirkan bahwa apa yang mereka sebut Allah harus nampak di depan mereka. Alasan Samiri adalah apa yang ada dalam hati setiap manusia berbeda-beda. Dengan alat visualisasi berhala maka menurut Samiri hal itu lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dan Samiri pun meyakinkan bahwa apa yang dilakukan adalah benar menurut logika akalnya.

Penyembahan yang dipimpin oleh Musa adalah ibadah yang sama sekali abstrak dan tidak memiliki patokan dan wujud Allah yang disembah. Bahkan Musa pun menantang Allah untuk menampakkan ‘wujud' Allah. Namun apa yang terjadi, begitu Musa akan diperlihatkan ‘wujud' Allah, dan Allah sudah meyakinkan bahwa Allah tidak dapat dilihat dan manusia tak akan mampu melihat Allah. Musa tetap saja memaksa ingin melihat keajaiban Allah. Musa melakukan hal itu akibat tekanan dari Samiri yang menentang Musa.

Maka disuruhnyalah Musa naik ke sebuah bukit. Di situlah Allah menampakkan mukjizatnya dan terpentallah Musa. Musa menyerah. Namun di balik itu Samiri tetap menuntut pemujaan dalam bentuk visual alias berhala.

Dikisahkan dengan sangat menarik para pengikut agama kebenaran Allah, Nabi Musa berada di Gurun dan Padang Pasir selama 40 tahun. Sejak terbebas dari perbudakan Yahudi oleh Mesir selama ratusan tahun, baru kala itu bangsa Yahudi memiliki kebebasan dalam arti luas.

Masa empat puluh tahun itu adalah masa bagi bangsa Yahudi untuk memersiapkan mereka secara mental. Dari keterkungkungan ratusan tahun, Yahudi menjadi bebas. Ibarat burung dari dalam sangkar yang dibebaskan akan gagap. Maka masa empat puluh tahun hidup di gurun adalah masa persiapan pergantian setengah generasi. Dengan demikian ketika bangsa Yahudi pulang ke Tanah Yang Dijanjikan, maka mereka telah siap dan baradab.

Anehnya, selama empat puluh tahun itu, Musa tidak mengizinkan pengikutnya untuk memanfaatkan dan menganggap mereka dalam keadaan darurat. Aqidah Musa dengan konsep Tuhan abstrak yang tak visual di tengah tuntutan tentang visualisasi Tuhan yang dipimpin Samiri - yang pada akhirnya Samiri membuat berhala sesembahan berwujud sapi emas yang mampu mengeluarkan lenguhan.

Fenomena keterkaguman adanya sapi emas yang bisa mengeluarkan suara menjadi daya tarik dibandingkan dengan ibadah yang dipimpin Musa tanpa adanya benda sebagai Tuhan, menjadikan sapi emas buatan Samiri terkenal. Namun pada akhirnya kekuasaan Allah membunuh Samiri. Samiri meninggal dunia. Berakhirlah sudah ajaran Samiri dengan sapi emasnya.

Perlawanan mirip Samiri terjadi pada kasus Luthfi Hasan Ishaaq. Di tengah maraknya korupsi yang transparan dan tak tahu malu, seorang tokoh besar Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu dihadapkan pada keadaan darurat. Ketika semua orang korupsi dan orang tidak akan kaya raya tanpa korupsi, maka LHI termasuk pada awalnya menentang diberlakukannya ketentuan dan ajaran bahwa dalam keadaan darurat - demi tegaknya partai dan agama PKS - maka semua cara bisa ditempuh untuk membela dakwah partai dan agama PKS.

Banyak tokoh dalam pengajian partai selalu menyitir tentang hukum keadaan darurat yang didengung-dengungkan. Perumpamaan daging babi yang haram, jika dalam keadaan tidak adanya bahan makanan lain, yang memaksa kita memakannya - dengan konsekuensi akan mati jika tak memakan dan itu menjadi wajib makan daging babi, menjadi ilham dan tamsil yang didorong untuk dipraktekkan oleh para kader. Jadi dalam keadaan apapun harus survive, tujuan menghalalkan segala cara.

Kondisi Indonesia sudah dalam keadaan darurat, keadaan darurat menghalalkan hal yang haram karena demi memertahankan diri. Jika tidak ikut dan mengikuti arus besar, maka tidak akan mendapatkan bagian. Alasan darurat keagamaan seperti ini menjadi pedoman secara diam-diam dipraktekkan oleh elite PKS - buktinya Luthfi Hasan Ishaaq, Achmad Fathanah melakukan korupsi dan dengan gagah berani bahkan tertawa-tawa dan merasa tidak bersalah karena dari sisi psikologi memiliki dasar pemikiran dan pembenaran seperti ketika Samiri membuat patung sapi emas agar disembah - di tengah ketidakpuasan terhadap Musa.

Dalam kasus LHI, kondisi darurat adalah jika semua orang korupsi, sementara kita tidak korupsi dan uang justru akan lari dan diambil partai-partai lain yang memusuhi PKS, maka ikut korupsi dengan dalil darurat adalah wajib hukumnya. Celakanya ini benar-benar dipraktekkan oleh Presiden PKS dan tangan kanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun