Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Kalah karena Garuda, Rajasa dan Pengaruh Ken Arok secara Mistis-Historis di Singasari

14 Agustus 2014   06:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:36 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Benarkah Hata Rajasa dan Jokowi penyebab kekalahan Prabowo? Juga, siapakah yang sesuai dengan sejarah Ken Arok dan Singasari, Prabowo atau Jokowi atau bahkan Hatta Rajasa? Hal ini penting dijawab karena sejarah kekuasaan di Jawa selalu terkait dengan mistis. Selain, itu ramalan Jayabaya dalam perhitungan Ki Sabdopanditoratu dalam konsep NOTONOGORO pun tak mengindikasikan satu tanda pun bahwa Prabowo adalah Satrio Piningit.

Sejak awal secara mistis, politis, dan historis pasangan ini, Prabowo-Hatta dipastikan akan menjelma menjadi pasangan yang kalah. Tidak ada sedikitpun dalam sejarah panjang bahwa sosok seperti Prabowo akan menjadi presiden RI. Terdapat berbagai fakta historis-mistis yang menunjukkan Prabowo akan kalah. Salah satu tanda kekalahan Prabowo adalah mengambil lambang cap lang (yang dia sebut sebagai garuda) dan penunjukan Hatta Rajasa.

Secara politis, pemilihan Hatta Rajasa tidak menguntungkan sama sekali. Hatta Rajasa menjadi beban politis karena Hatta Rajasa sama dengan Prabowo adalah orang Muhammadiyah. Selain karena Muhammadiyah - yang secara kultural berseberangan dengan NU, dengan bukti PAN tak pernah bisa menjadi besar di Jawa Timur. Sedangkan Jawa Timur adalah kantong NU tempat PKB baru saja mendapatkan momentum menang. Hal lebih buruk lagi Hatta Rajasa adalah utusan atau suruhan Amien Rais. Jelas rakyat Jawa Timur akan berpikir ulang untuk memilih Prabowo.

Secara historis-mistis, lewat terawangan Ki Sabdopanditoratu belum pernah ada sangkut-paut dan tanda-tanda sosok seperti Prabowo akan melengkapi NOTONOGORO sesuai ramalan Jayabaya. Sejarah panjang kekuasaan dan tokoh mulai zaman kerajaan Tumapel - yang kemudian menjadi cikal bakal Kerajaan Singhasari dan Majapahit - dengan tokoh Ken Arok atau Ken Angrok, Tunggul Ametung, dengan perempuan penting yakni Ken Dedes dan Ken Umang.
Keempat orang inilah yang menjadi dasar keberadaan wangsa-wangsa atau dinasti-dinasti baru kekuasaan bangsawan Jawa. Pada zaman sebelum lahirnya keempat orang penting itu hampir semua raja-raja di Jawa adalah keturunan dinasti Syailendra (pembangun Borobudur) atau Sanjaya (pembangun Prambanan).

Ken Arok adalah anak keturunan petani yang dibesarkan oleh seorang perampok. Namun kecerdasan Ken Arok yang di atas rata-rata membuat Ken Arok sangat menonjol di lingkungan para pencuri dan perampok. Ken Arok muda yang kebetulan memiliki wajah dan fisik menarik dan tubuh semampai menjadi pusat perhatian di Akuwu atau Kabupaten Tumapel.

Secara mistis, Ken Arok meyakini bahwa suatu saat dia akan menjadi raja dengan menikahi Ken Dedes, permaisuri Tunggul Ametung. Darah suci Ken Dedes dari resi atau pejabat agama Hindu menjadi jaminan bahwa keturunannya akan menjadi orang besar. Maka dengan tipu muslihat Kebo Ijo menjadi tumbal karena dituduh membunuh Akuwu Tunggul Ametung. Lalu Ken Arok menikahi Ken Dedes dan menjadilah dia Raja pertama Singosari dengan gelar: Rajasa. Ken Arok adalah Rajasa.

Nah, dalam sejarah silsilah keturunan Rajasa adalah Ken Arok yang memiliki kekuatan, kecerdasan, kekuatan, keyakinan. Untuk mengangkat dirinya agar mendapatkan legitimasi dan pengakuan rakyat di Singasari, Rajasa atau Ken Arok, menyebutkan bahwa dia adalah titisan Dewa Wisnu.

Terkait pemilihan Hatta Rajasa sebagai cawapres, sebenarnya Prabowo telah dicuri oleh Rajasa. Jadi sama dengan kalkulasi politiknya, kalkulasi mistis-sejarah Prabowo telah dicuri ‘kekuasaannya' oleh Rajasa yang telah membunuh Tunggul Ametung. Artinya, Rajasa mencuri ‘kemenangan' Prabowo karena sesungguhnya Hatta Rajasa tak memiliki kaitan dengan Ken Arok - pendiri Dinasti Kerajaan Singasari-Majapahit. Hatta Rajasa sama sekali tak memiliki kaitan dengan Ken Arok. Jadi benar, secara politis Hatta Rajasa tak memiliki kekuatan untuk mendukung, justru mencuri kemenangan dan membebani Prabowo.

Secara mistis, tanda-tanda mistis-historis di candi-candi Jawa Tengah dan Jawa Timur tak menyisakan gambaran sedikitpun bahwa garuda bisa dipakai untuk kepentingan politik. Garuda - yang diplesetkan menjadi cap lang warna merah oleh Timses Prabowo - sesungguhnya adalah wahana atau kendaraan Dewa Wisnu.

Maka ketika Timses Prabowo diprotes oleh rakyat karena menggunakan lambang Garuda, Mahfud MD yang melarang penyalahgunaan lambang garuda lewat keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), tidak menyebutkan bahwa lambang yang dipakai oleh Prabowo hanyalah cap lang merah, bukan garuda.

Sebenarnya dengan memilih garuda atau cap lang merah, itu satu kesalahan dasar secara mistis. Garuda atau elang, hanyalah kendaraan atau wahana atau alat transportasi Dewa Wisnu. Maka pemilihan cap lang atau elang merah yang dianggap garuda oleh Prabowo merupakan kesalahan mendasar. Garuda adalah kendaraan Dewa Wisnu. Prabowo hanya memilih kendaraan Dewa, bukan lambang Dewa Wisnu sebagai lambang kekuasaan - seperti keyakinan Ken Arok yang menasbihkan diri sebagai keturunan Dewa Wisnu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun