Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lawan Ahok, Empat Faktor Ridwan Kamil Maju-Mundur Tantang Ahok

28 Februari 2016   11:44 Diperbarui: 28 Februari 2016   12:14 2286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Hidayat Nur Wahid I Sumber Kompas.com"][/caption]Akhirnya, terpetik kabar, Senin (20/2/2016), Ridwan Kamil alias Rika sebagaimana diperkirakan sebelumnya, akan maju mencalonkan diri menjadi cagub DKI Jakarta 2017. Terdapat empat alasan yang mendasari Rika maju ke Pilgub DKI 2017, selain karena dukungan Prabowo dan juga pentolan partai agama PKS si Hidayat Nur Wahid. Mari kita telaah empat alasan yang membuat Rika akhirnya maju menantang Ahok dengan gembira ria riang girang senang sentosa bahagia suka-cita menari menyanyi pesta-pora menertawai Rika selamanya senantiasa.

Sejak awal, meskipun secara sosiologis dan historis pencalonan Rika tidak sesuai, namun melihat sifat peragu dan cengeng, juga karakter dan kepribadian dasar Ridwan Kamil yang ambisius, sebagaimana kader partai agama PKS yang lain pada umumnya, maka dengan semangat 45, Rika maju menantang Ahok. Pendorong Rika maju sejatinya mengundang misi primordialisme dan kepercayaan Rika yakni menyingkirkan Ahok demi mendapatkan pemimpin yang asal bukan Ahok. Itu pas dengan semangat Hidayat Nur Wahid yang dendam kesumat dengan Ahok karena keok di Pilgub DKI 2012 dan bisa dimaklumi.

Pertama, Ridwan Kamil telah mendapatkan bisikan dan keyakinan berdasarkan olah ibadah dengan sholat istiharah. Bisikan dan keyakinan setelah sholat istikharah ini diyakini pemicu utama Rika maju-mundur penuh keraguan melawan Ahok. Dengan bisikan hati dan bahasa langit yang dalam dapat dipastikan Rika akan menang mudah karena diridhoi oleh Allah SWT. (Padahal pilgub cuma urusan kekuasaan duniawi dan kekuasaan politik hanyalah urusan duniawi semata. Namun partai agama PKS senang menggabungkan dan selalu membawa-bawa agama sebagai jualan bualan politik yang memang pas dan cocok sebagai partai pengusung Rika).

Kedua, Ridwan Kamil tampaknya menghitung dan akan tersingkir dari persaingan di Jabar 1, tidak laku, dan tidak dikehendaki oleh warga Bandung untuk memimpin Bandung. Karena selama memimpin Bandung Rika tak mampu menunjukkan kinerjanya sama sekali: selain taman. Pun elektabilitas yang rendah serta kinerja nol besar Rika di Bandung membuat semangat warga Bandung mendukung Rika keluar dari Bandung dan didorong maju di Pilgub DKI Jakarta.

Warga Bandung yang cerdas tentu ingin agar secepatnya Rika keluar dari Bandung karena makin lama di Bandung pun tetap tak memberikan hasil kerja. Warga Bandung sadar dan belajar dari kasus yang sama dengan kader partai agama PKS Nur Mahmudi Ismail di Depok tidak membangun apa-apa. Warga Bandung yang terkenal cerdas memahami dan menyadari hal tersebut dan mendorong Ridwan Kamil maju di Pilgub DKI Jakarta.

Ketiga, Rika menggenapi ramalan selama ini yang menunjukkan warga dari tanah Pasundan tidak akan pernah menjadi pimpinan tertinggi yakni Presiden RI. Ramalan awal menunjukkan Rika akan menjadi Presiden RI pada 2023 dan caranya adalah dengan menjadi Gubernur Jawa Barat sebagai pijakan politik.

Namun, di sisi lain, Rika justru melawan ramalan dan ingin membuktikan dan memercepat Rika menjadi Presiden RI pada 2019 menantang Jokowi. Suatu jalan yang mustahil akan bisa ditempuh oleh orang yang di Bandung berprestasi nol doang – hanya taman doang – tetapi tidak berani menggusur dan membenahi kali-lima dan kesemrawutan Bandung.

Empat, Rika dimanfaatkan untuk balas dendam oleh Prabowo dan Gerindra untuk menantang Ahok. Posisi popular Rika menjadi daya tarik dan hanya Rika yang mampu menandingi Ahok. Head-to-head antara Ahok dan Rika akan berlangsung seru dan mematikan. Terlebih lagi Ahok akan mengambil calon dari kalangan PNS DKI sebagai wakil gubernur. Perpecahan suara pun akan menguntungkan Ahok dan belum tentu memberikan kemenangan bagi Rika.

Jadi, majunya Rika disebabkan oleh primordialisme dan dukungan FPI, partai agama PKS, Gerindra dan berbagai partai dan individu sakit hati. Rika menjadi kuda tunggangan. Pun dipastikan kekalahan di Pilgub DKI akan mengubur seluruh karir politik sebatas di media sosial selamanya. Sementara kemenangan di Pilgub DKI Jakarta akan memercepat Rika menantang Jokowi. Selamat datang Rika dan selamat menantang Ahok. Seru.

Salam bahagia ala saya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun