Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gugatan Prabowo di MK dan M. Taufik Potret Kepribadian Ilusif dan Delusif

14 Agustus 2014   16:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:34 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengamati jalannya sidang gugatan pilpres 2014 di Mahkamah Kosntitusi, akan kurang menarik jika tak diikuti dengan menonton rangkaian sikap dan tingkah laku maneuver Timses Prahara, utamanya sepak terjang M. Taufik. Gugatan pilpres oleh Prabowo sebenarnya tergambarkan dan tersarikan dalam diri Muhammad Taufik, pentolan Gerindra DKI. Bagaimana gambaran M. Taufik mampu menggambarkan Prabowo-Hatta dalam gugatan ke MK dan suasana batin kubu dan Timsesnya berupa kepribadian ilusif dan delusif?

M. Taufik adalah sosok yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Seperti halnya semua kader dan pendukung Prahara, M. Taufik adalah sosok pembela kebenaran versi Prabowo yang militant. Gaya orasi dan sikap serta tindak-tanduk juga kesopan-santunan dalam bertutur kata sudah meng-copy paste gaya Prabowo, pimpinannya. Perhatikan. Segala hal yang terkait dengan proses pemilu presiden menjadi bahan kritikan yang semuanya serba salah.

Pilpres sudah usai. Namun, M. Taufik dan Timses berteriak-teriak menggugat semua proses pilpres, lewat berbagai orasi. Dari mulai DPKtb (daftar pemilih Khusus Tambahan) yang digugat, meskipun tidak ada jaminan bahwa DPKtb menguntungkan salah satu calon. Seluruh proses pemilu telah diawasi oleh Bawaslu dari pusat sampai daerah. Terlebih lagi ada DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu) yang mengontrol etika para penyelenggara pemilu yakni institusi KPU dan Bawaslu berikut jajarannya secara berjenjang dari pusat sampai daerah.

Luar biasa gaya dan sikap M. Taufik yang militan membela tanpa kenal lelah adalah gambaran ilusi dan delusi terhadap kekuatan megalomania Prabowo-Hatta. M. Taufik sebagai kader telah dengan sempurna menerjemahkan perjuangan memenangi pemilu dengan semua cara.

Upaya memenangi pilpres melalui gugatan di MK sebenarnya merupakan Plan E atau rencana E, jika kekalahan terjadi. Jauh-jauh hari, segala persiapan telah dilakukan dengan antara lain menyiapkan gugatan ke MK. Buktinya, Tim Hukum Prahara melakukan copy-paste dan salah-salah menyebutkan berbagai hal yang merugikan Prahara sendiri.

Misalnya, disebutkan bahwa ‘terjadi kecurangan yang dilakukan oleh pasangan nomor urut satu', padahal nomor urut satu itu Prabowo sendiri. Itu bukti tindakan copy paste yang telah disiapkan jauh-jauh hari.

Plan E ini gagal total karena kawalan internasional dilakukan yang dipimpin oleh Barack Obama. Telepon Barack Obama kepada Susilo Bambang Yudhoyono sebelum rekapitulasi KPU menjadi tonggak perubahan sikap yang menyebabkan Prabowo kehilangan dukungan dari SBY. Semua kekuatan menarik diri dari Prabowo dan bersikap netral sepenuhnya termasuk SBY, Jenderal Moeldoko, dan Jenderal Sutarman.

Tinggal Plan E ini berjalan sendirian tidak sesuai dengan skenario awal. KPU, Bawaslu, DKPP, bertindak netral. Ingat, Jusuf Kalla berkali-kali mengingatkan bahwa Jokowi-JK pasti akan menang jika pilpres dilakukan dengan jujur. Apa maknanya? Jusuf Kalla dengan seluruh timses-nya telah melihat adanya potensi kecurangan. Yang paling mencolok sebenarnya, adalah indikasi keterlibatan aparat kelurahan di berbagai daerah.

Persiapan kecurangan oleh pihak tertentu digagalkan karena intervensi positif Barack Obama yang memeringatkan SBY untuk pemilu yang jujur dan adil dan berhasil. Maka serta-merta, KPU setelah mendapatkan telepon dari Obama, mengunggah formulir C1 di website KPU, yang sebelumnya tidak direncanakan. SBY sampai dua kali mengingatkan KPU melalui telepon agar KPU kembali ke jalan kehormatan membela demokrasi. Unggahan formulir C1 ini membungkam setiap upaya kecurangan yang mungkin terjadi termasuk jika dilakuakan oleh KPU untuk pasangan tertentu. Rekapitulasi berjenjang berjalan lancar. Hasilnya persis nyaris sama dengan versi Quick Count: Jokowi-JK menang. Prabowo kecewa dengan hasilnya yang menjadi kalah.

Namun di antara penyelenggara pemilu, sikap Bawaslu yang ingin tampil ke permukaan menjadi peluang bagi Prabowo untuk menuntut berbagai PSU dan pada akhirnya menuduh kecurangan dilakukan oleh KPU.

Di lain pihak, Prabowo yang sudah sejak awal diyakinkan oleh Timsesnya pasti akan memenangi Pilpres 2014 terperanjat. Tak mau menerima hasil. Ilusi dan delusi menjadi sikap pendirian Prabowo. Prabowo yang sudah yakin menang ini, berkat informasi PKS, Ical, Idrus Marham, Mahfud MD, dan tentu saja Fadli Zon sang kreator kampanye yang mengarah ke kampanye hitam dan sindiran. Merasa besar, kuat dan menang, seolah telah menjadi presiden kemudian menjadi bayangan penuh ilusi Prabowo. Ketika ilusi berkembang dan menemukan perbedaan, senjata lebih dahsyat lagi dibangun oleh kubu Prabowo: delusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun