Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Korea(n) Culture, Ha Ha Ha, Mending Budaya Indonesia Ya

30 September 2012   05:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:28 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya Korea? Huahahhaha. Benar aku tertawa jika ditanya soal budaya Korea yang tengah melanda Indonesia dan dunia yang disebut Korean wave. Apa sebenarnya keistimewaan budaya Korea? Budaya Indonesia yang dipengaruhi oleh budaya India jelas spektakuler. Budaya Korea adalah budaya wajah imut dan dipenuhi oleh operasi plastik kosmetik. Hampir sama dengan budaya Jepang yang perempuannya senang melakukan perombakan wajah; hidung mancung, mata dilebarkan sehingga muncul sosok cantik jelita bak bidadari surga.

Pun juga para lelaki secara khusus memermak wajah agar tampil sempurna. Sungguh fenomena unik. Kecantikan dan ketampanan fisik yang dipaksakan telah membius jutaan manusia di seantero dunia. Maka arah ketertarikan budaya dunia berpaling sejenak ke Korea.

Tidak seperti China, India, Mesir dan bahkan Yunani, Korea hanyalah bangsa seperti Indonesia yang berperan sebagai pelanjut budaya India. Kekuatan budaya Korea hanya berwujud rupa fisik yang tidak mendalam. Monumen besar pada masa lampau tidak terdapat di Korea. Bahkan peradaban Korea cenderung sebagai budaya primitif dan menjiplak budaya China dan Jepang. Jadi bangsa Korea bukanlah bangsa yang spektakuler. Di dunia ini sejak enam ratus tahun belakangan kebudayaan dan peradaban dikuasai oleh budaya Barat.

Budaya Barat dan peradaban Barat tertolong oleh literasi dan kemelekan huruf orang Islam yang pernah menguasai dunia dalam bentuk Imperium Islam yang membentang dari India sampi Iberia dan Spanyol. Ketika dunia Barat mengalami kegelaoan selama 600 tahun Kebudayaan Islam berkembang. Dan, berkat sebagian peran penting Kebudayaan Islam itu kini Barat menguasai dunia. Islam terjun bebas ke lembah dan titik nadir peradaban selama 700 tahun ini akibat ditinggalkannya paham mu'tazilah dan dipeluknya paham jabariah.

Kini Indonesia sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia membuat potret gambaran dirinya sebagai pecinta budaya Korea. Budaya dan peradaban yang praktis bertolak belakang dengan nilai-nilai Islam yang dianut oleh sebagian besar remaja dan dewasa Indonesia.

Peradaban Islam yang selama 700 tahun ini terpuruk menyebabkan umat Islam di seluruh dunia galau dan tanpa pegangan. Ditambah dengan tekanan Barat yang dianggap oleh Islam sebagai anti Islam, maka lengkap sudah perasaan umat Islam sebagai musuh Barat. Peradaban Barat selalu tumbuh dalam suasana politik konfrontatif sejak zaman beheula. Maka Amerika Serikat sebagai penguasa tunggal dunia membuat Islam sebagai common enemy untuk kepentingan bisnis dan Industri. Ini dilakukan setelah selama 50 tahun Uni Soviet menjadi musuh bersama Barat.

Kegalauan umat Islam di seluruh dunia selama berabad-abad itu dimanfaatkan oleh budaya pop ala Korea untuk membius remaja di Indonesia dan Asia - termasuk remaja Muslim tentunya. Identitas Islam dan kebudayaan Islam tidak mendapatkan tempat sebagaimana mestinya. Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) kini sudah tidak bergaung indah seperti tahun 1980-an. MTQ tingkat dunia jarang dilaksanakan. Maria Ulfah - Qariah kelas dunia - tidak lagi muncul di Indonesia. TVRI dan stasiun televisi bukannya menyiarkan bacaan tilawah Qur'an yang indah seperti dulu, justru menjadi corong budaya Barat dan luar yang tidak berdasar: Korea misalnya.

Budaya Pop melahirkan penceramah atau ustadz Pop. Ustadz pop membunuh ustadz bernas dan benar seperti Quraish Shihab misalnya. Para ustadz yang tampil cengengesan di televisi dengan pemahaman Islam yang itu-itu saja jelas tak meningkatkan ketertarikan remaja dan umat Islam pada mereka. Islam kehilangan role modelnya!

Maka ketika Korean waves melanda Indonesia dan budaya Korea menjadi daya tarik para remaja dan dewasa di Indonesia, rasanya kita harus kembali menengok budaya Indonesia. Kita harus melakukan revitalisasi dan menunjukkan kemasan pop pada kebesaran budaya Indonesia (baca: daerah).

Bukti peradaban masa lampau di seantero Indonesia harus dikemas dan diperkenalkan ulang agar remaja dan dewasa Indonesia menemukan jati dirinya sebagai bangsa besar di dunia dan galau pun tidak menyelimuti kita. Maka aku hanya tertawa saja melihat Korean waves sambil menonton tarian Bali yang ditarikan oleh orang Jepang. Hah!

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun