Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Situs Gunung Padang: Jokowi Tak Usah Mendanai

22 Juni 2015   22:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:40 7362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi harus tegas untuk tidak mengucurkan dana bagi penelitian situs megalitikum Gunung Padang. Situs itu pernah dihebohkan sebagai piramida raksasa. Melihat lokasi situs megalitikum Gunung Padang (Gunung Panghegar), banyak pihak lantas melakukan upaya untuk meneliti. Bahkan SBY alias Susilo Bambang Yudhoyono sempat terkecoh dan ditunggu untuk memberikan perintahnya atas penelitian oleh Tim Peneliti yang memberikan laporan kepada presiden. Apa sebenarnya yang ada di Gunung Padang (Panghegar) di Cianjur itu? Mari kita telaah secara rasional dengan logika yang benar dan hati gembira ria suka cita bahagia agar publik tidak terkecoh dengan proposal tak masuk akal tentang Gunung Padang.

1381637013674847008
1381637013674847008
Kalangan obsesionis bergabung dengan para peneliti, para pihak Pemda, dan oportunis, untuk melakukan penelitian. Lantas apa yang terjadi? Apakah benar di perut bumi di bawah situs Megelitikum Gunung Panghegar ini ada ruangan kosong atau bahkan alat elektronik kuno - terkait dengan Atlantis dan bahkan peradaban angkasa luar? Mari kita tengok secara ilmiah dari yang tampak sampai susunan batuan geologinya.

Keindahan Situs Megalitik Gunung Padang (Panghegar) terletak pada kebesarannya. Bangunan situs itu berada di atas bukit yang oleh masyarakat disebut Gunung Padang yang bernama asli Gunung Panghegar. Situs Gunung Panghegar ini memiliki lima pelataran dengan konsep punden berundak-undak. Pelataran paling dekat dengan tangga di sisi utara dibatasi oleh tatanan batu yang rata.

13816371101005073790
13816371101005073790
Pelataran di bagian menuju Pelataran I sesungguhnya merupakan tempat untuk persiapan masuk ke dalam Situs Pemujaan (Pelataran I). Pelataran ini sebenarnya rata. Hal ini ditunjukkan oleh pergeseran bebatuan yang berserak secara teratur dan berpola. Ini menunjukkan bahwa pergeseran tanah di lokasi Situs Pemujaan Prasejarah itu merupakan penyebab alami berserakannya situs megalitikum paling spektakuler di Indonesia ini.

Pelataran di luar batas terdiri dari tatanan bebatuan yang telah bergeser. Pelataran ini berukuran sekitar 6 X 30 meter (yang pada masa lalu ukurannya lebih kecil, yang melebar akibat pergeseran tanah ratusan ribu tahun). Sebelum memasuki Pelataran I, terdapat bebatuan yang membatasi area di luar situs pemujaan dan situs pemujaan. Bebatuan itu memanjang dari timur ke barat.

Pelataran I yang lebih tinggi dari area di depannya ditandai dengan pelataran yang memiliki luas sekitar 30 X 30 meter. Di Pelataran I ini terdapat bentukan semacam ‘ruangan' yang dibatasi batu. Di sisi sebelah kiri pintu masuk dari utara, terdapat ruangan dengan tatanan batu yang relatif masih tegak - dengan pergeseran sedikit. Ruangan ini memiliki ‘pintu masuk' yang masih jelas.

Berseberangan dengan ‘ruangan ini' dibatasi dengan ‘jalanan koridor' sebagai kelanjutan dari ‘jalan asli dari bawah Gunung Padang' lurus ke Pelataran II, terdapat ‘tiga ruangan' dengan ukuran setengah dari ukuran luas ‘ruang di sebelah kiri'.

Di tengah Paletaran I ini ada tumpukan batu. Jika diamati dengan garis simetris sisa batu-batuan yang terserak secara teratur, maka tumpukan batu itu merupakan ‘pintu masuk' yang harus dilalui sebelum melangkah ke Pelataran II. Palataran I dan Pelataran II dibatasi oleh tumpukan batu setinggi 6 meter menuju Pelataran II yang lebih tinggi. Jalan atau koridor menuju Pelataran II yang berundak masih tampak tersisa.

13816371951867147701
13816371951867147701
Mamasuki Pelataran II, akan tampak ‘ruangan atau area pemujaan' yang ukurannya lebarnya sama dengan Pelataran I - dengan dasar teori situs ini dibangun secara simetris - namun area Pelataran II ini hanya dibagi menjad dua area pemujaan. Yang paling menonjol dari area Pelataran II ini adalah adanya beberapa batu besar yang diduga sebagai ‘tempat duduk para tetua atau penjaga, mengingat posisinya simetris dan terdapat di Pelataran II, Pelataran III, dan Pelataran IV.

13816373131202517584
13816373131202517584
Pelataran III dan Pelataran IV terdiri dari area pemujaan yang luas. Hanya ada terbagi menjadi ‘ruangan' di sisi kiri arah masuk ke Pelataran V. Ruangan kosong ini diyakini menjadi tempat untuk para pemuja yang hadir dalam pemujaan untuk menunggu. Sementara Pelataran V terdiri dari area pemujaan di tengah dengan ‘ruangan' di sisi sebelah kanan tempat pusat pemujaan.

Lalu bagaimana dengan peradaban angkasa luar dan Atlantis yang menyebut Gunung Padang sebagai pusat sentrifugal energi peradaban Atlantis? Baiklah. Gunung Padang (Panghegar) yang terletak di tengah perbukitan - dengan latar depan Gunung Panrango - jelas menjadi sumber energi mistis spiritual. Oleh karena itu, diyakini pemujaan dipimpin oleh tetua/pandita prasejarah menghadap ke utara - dengan demikian para pemuja menghadap ke utara, sementara tetua memimpin dari arah tertinggi di bagian selatan. Ini sungguh unik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun