Suatu siang saat saya bersama istri pulang ke rumah disambut "bude" yang menemani anak saya paling kecil dirumah. Dia langsung bilang bahwa anak pertama saya yang sekolah di tingkat pertama (SMP) mengalami kecelakaan, jatuh dari tangga, kondisi parah dan berada dirumah sakit. "Tadi gurunya nelpon, bapak disuruh kesana karena tadi ditelpon tidak bisa" kata bude.
Kabar ini membuat saya dan istri shock tapi kami harus tenang. Meluncurlah kami ke sekolah anak untuk mencari tahu dimana anak kami dirawat. Disekolah, gurunya justru kaget sebab tak ada anak jatuh dan anak kami baik-baik saja. "Hmmmm ini penipuan pasti" bathin saya. Anak saya malah tanya ada apa koq nyusul ke sekolah?
Dirumah, kami bertanya kepada bude bagaimana tadi soal telpon yang masuk dan mengabarkan kecelakaan anak itu. Dia bertutur bahwa ada telpon masuk menanyakan apakah benar ini rumah A**n? dan bersekolah di SMP anu. Sewaktu dijawab iya, penelpon bilang anak itu mengalami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit oleh Bu Mul gurunya.
Mereka kemudian bertanya, dimana bapak ibunya. Bude menjawab sedang pergi maka penelpon meninggali no yang harus dihubungi kami sebagai orang tua. Kebetulan bude buta huruf jadi tidak bisa menulis no telp sehingga dia mencari tetangga untuk hubungi kami. Kontak ke saya oleh tetangga tak direspon sebab hp ditaruh di tas saya.
Ada untungnya juga punya yang momong anak-anak buta huruf sehingga terhindar dari penipuan. Yang penting anak kami baik-baik saja dan kami tak tertipu karenanya. Meski kasus ini sudah sering kami baca diberbagai media, sungguh ketika menerima info itu, tak ada pikiran bahwa itu penipuan. Jadi, waspadalah... waspadalah...
Pagi tadi telpon kembali berdering... anak kami berangkat siang ini untuk ikut pesantren Ramadhan. Ketika diangkat "Bu, ini A**n anak ibu kecelakaan disekolah dan sudah dibawa kerumah sakit" kata penelpon. Kebetulan yang mengangkat istri saya. Dengan kalemnya ditanya, "sekolahnya mana pak"? tak dijawab dan hanya nerocos soal kecelakaan. Tiga kali dia tak bisa menjawab pertanyaan istri saya, telponpun dia tutup. Rupanya belum kapok juga dia.