Mohon tunggu...
suryaning bawono
suryaning bawono Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen di Universitas Jember, Jawa Timur

Dr. Suryaning Bawono adalah peneliti dan dosen ekonomi di Universitas Jember dan STIE Jaya Negara Tamansiswa, Malang. Ia juga menjabat sebagai Direktur Keuangan di PT. Frost Yunior, Banyuwangi. Dr. Bawono dikenal atas penelitiannya tentang kapital manusia dan pertumbuhan ekonomi, serta memiliki berbagai publikasi terkenal dan penghargaan sebagai peneliti terbaik. Penelitiannya aktif terindex di Scopus, WOS, Google Scholar, ORCID, dan SINTA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cahaya di Ujung Lorong

27 November 2024   16:04 Diperbarui: 27 November 2024   16:08 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tuntutan Masa , Sumber: Pojokjakarta.com

Ketidakadilan adalah api yang membakar hati mereka yang tertindas. Namun, dari api itu pula lahir kekuatan dan keberanian untuk merubah dunia

Di sebuah desa kecil di Jawa Timur, hidup seorang pemuda bernama Arif. Ia berasal dari keluarga petani miskin yang setiap hari harus bergelut dengan kerasnya kehidupan untuk dapat bertahan hidup. Ayahnya, Pak Soleh, adalah seorang petani tua yang telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk menggarap tanah orang kaya bernama Pak Hadi.

Pak Hadi adalah seorang pengusaha kaya raya yang memiliki lahan pertanian yang luas. Di mata Pak Hadi, para petani hanyalah alat untuk meningkatkan kekayaannya. Ia seringkali memberikan upah yang sangat rendah dan memaksa para petani bekerja tanpa henti.

Suatu pagi yang cerah, ketika matahari baru saja menampakkan sinarnya, Arif sedang membantu ayahnya di ladang.

"Arif, kau tahu? Hidup ini sangat berat bagi kita," kata Pak Soleh sambil mengelap keringat dari dahinya.

"Aku tahu, Ayah. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Pak Hadi tidak akan pernah mendengarkan kita," jawab Arif dengan nada putus asa.

"Terkadang aku berpikir, apakah semua usaha keras ini sia-sia?" lanjut Pak Soleh.

Arif diam sejenak, lalu melihat ayahnya dengan tekad yang kuat. "Ayah, aku tidak bisa membiarkan ini berlanjut. Kita harus melakukan sesuatu."

Suatu hari, setelah melihat ayahnya jatuh sakit karena terlalu lelah bekerja, Arif merasa sudah saatnya untuk melakukan sesuatu. Ia mengajak teman-teman sekampungnya untuk berkumpul dan berdiskusi tentang nasib mereka.

"Kawan-kawan, kita tidak bisa terus hidup seperti ini. Kita harus melawan ketidakadilan ini," kata Arif dengan penuh semangat di depan sekelompok petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun