Mohon tunggu...
方瑞华.Fang Rui Hua
方瑞华.Fang Rui Hua Mohon Tunggu... Penulis - +62 858 924 66776 (WHATSAPP ONLY)

Legal Consultant - Official Translator

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Program Keluarga Harapan Wujud Harapan Indonesia

1 Maret 2019   09:09 Diperbarui: 1 Maret 2019   09:25 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu, sejak nin masih kecil, pemerintah di negeri ini sedikit banyak telah membantu warganya. Memang untuk hampir semua keluarga yang merupakan masyarakat pinggiran sulit untuk mendapatkan label sejahtera. 

Dulu saat nin masih kecil, tetangga nin pernah mendapat bantuan dana untuk pendidikan, karena kondisi ekonominya yang kurang, namun untuk biaya sehari-hari bisa dikatakan cukup, nin tahu hal itu karena orang tuanya sering mengeluh kepada ibunya nin. 

Pada suatu waktu nin pernah diajak ke tempat bermain seperti memasukkan koin untuk bermain di wahana permainan, seperti karnaval; nin dan teman senang bermain disana. Esoknya ibunya cerita lagi jika uang dana pendidikan digunakan untuk bermain anaknya. Nin pada saat itu tidak terlalu kecil namun belum cukup dikatakan dewasa juga, tapi sudah mengerti apa yang dipermasalahkan.

"Nin pada saat itu tidak terlalu kecil namun belum cukup dikatakan dewasa juga, tapi sudah mengerti apa yang dipermasalahkan."

Nin dan generasi nin tau jika ada kesalahan disana, nin ingin jika generasi muda zaman milenial ini, termasuk ibu-ibu muda dapat memutar kembali uang yang didapat, untuk mengebulkan kembali dapur dan menabung untuk pendidikan anak kalian di masa datang. Tapi nin juga tahu keterbatasan pendidikan dan pengalaman yang ada menjadi halangan kalian untuk memulai, nin paham betul akan ketidaktahuan bagaimana caranya memulai.

"...nin paham betul akan ketidaktahuan bagaimana caranya memulai."

Lalu bagaimana solusinya? Ya dengan Program Keluarga Harapan (PKH) yang dapat membantu masyarakatnya dalam hal pendidikan, ingat bahwa pendidikan bukan hanya pendidikan formal saja, pendidikan seperti caranya beradu tawar, cara memasarkan barang, cara mengatur keuangan, sehingga masyarakat tidak selalu dalam lingkaran konsumen, tapi juga menjadi produsen.

Pun Negara ini melalui instansi di bawahnya dapat membentuk suatu badan yang bisa mengumpulkan hasil-hasil produksi dari rakyatnya di setiap daerah secara berkelanjutan, sehingga secara tidak langsung negara memiliki karyawan yang dibayar bukan berdasarkan durasi waktu, namun dihitung berdasarkan kualitas dan kuantitas barang yang dapat ia produksi tentu saja dengan upah yang layak dan wajar, sehingga dapat merubah cara pandangnya untuk selalu berusaha. Sejalan dengan tujuan Program Keluarga Harapan (PKH) bukan? Menciptakan keluarga yang mandiri.

"Sejalan dengan tujuan Program Keluarga Harapan (PKH) bukan? Menciptakan keluarga yang mandiri."

Untuk keluarga yang telah aktif berproduksi, negara dapat mendukungnya dengan mengedukasi kembali untuk lebih berkreativitas terhadap barang yang sudah ada, sebenarnya telah kita lihat dari anak sang Presiden Joko Widodo yaitu Kaesang Pangarep, memanfaatkan pisang goreng yang telah ada sejak dulu menjadi pisang goreng nugget; itu sudah menjadi contoh kreatif yang cukup bagi masyarakat. 

Jika setiap daerah bisa menghasilkan komoditi yang beragam dalam jumlah yang banyak, maka hasilnya akan melimpah, dan bisa diekspor ke luar negeri, otomatis pendapatan negara pun bisa bertambah dan hasilnya dibagi lagi dengan masyarakat. Ada banyak ide-ide kreatif yang dapat digunakan, tentunya penelitian wajib dilalukan oleh negara terlebih dulu, jika masyarakat yang meneliti, habislah modal untuk meneliti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun