Ada satu masa dalam hidup ketika kenangan lebih sering hadir daripada harapan. Masa itu datang begitu saja, biasanya saat menjelang tidur atau waktu scrolling media sosial, lalu tanpa peringatan, munculah satu gambar Srengat, sebuah kecamatan kecil di Blitar yang sudah lama hanya jadi cerita. Sejak Si Mbah meninggal waktu aku kelas 6 SD di usia 12 tahun, kampung halaman seolah ikut lenyap dari peta hatiku. Lebaran-lebaran berikutnya tidak lagi menuju Srengat, melainkan ke arah yang lebih praktis, rumah sendiri, atau kalau mood lagi baik, staycation di hotel.
Tapi lebaran tahun ini berbeda. Ratusan purnama telah lewat. Aku sudah bekerja, tumbuh dewasa dan (sedikit) wise. Tiba-tiba ada dorongan aneh dari dada, kerinduan yang mengusik. Bukan sekadar ingin pulang, tapi ingin kembali ke masa di mana suara kodok dan tokek saat malam lebih kencang dari suara klakson. Setidaknya itu kenangan terakhir aku saat di Srengat
Jadi, lebaran tahun ini aku pun memutuskan mudik ke Srengat menggunakan kereta api. Mengapa kereta api? Karena mudik bukan hanya soal cepat sampai. Ada rasa yang harus dibangun pelan-pelan. Ada ruang untuk rindu yang ingin menikmati setiap detik menuju rumah.
Naik kereta itu seperti membaca novel lama, setiap stasiun adalah babak baru, setiap detik di jendela adalah paragraf yang menyentuh. Aku bisa lihat sawah, pegunungan, hingga kampung-kampung kecil yang mungkin tak akan aku temui di Google Maps. Dan kereta api memberikan itu semua. Selain lebih terjangkau untuk perjalanan keluarga, kereta api punya satu kelebihan yang tak bisa dikalahkan moda transportasi lain, romantisme.
Drama Nyari Tiket? Tidak Lagi! Semua Jadi Mudah
Sejujurnya, aku sudah siap mental dengan drama pencarian tiket mudik lebaran, bakal nge-refesh aplikasi berkali-kali dan ngelus dada karena rebutan tiket. Tapi ternyata, eh ternyata, KAI Access sudah semakin canggih dan responsif. Jadwal rute, harga, bahkan ketersediaan tempat duduk bisa dipantau real-time. Dan kerennya lagi tiket bisa dibeli langsung dari rumah, jam berapa pun!
Untuk mudik tahun ini aku pilih KA Brantas New Generation tujuan Blitar. Dan setelah beberapa kali coba waktu rilis tiket dini hari (jam 00.00), akhirnya dapet juga! Empat kursi buat aku dan keluarga. Meskipun tidak mendapatkan kursi yang berdampingan, tapi mendapatkan tiket mudik tuh rasanya kayak menang undian. Tidak ada yang namanya antre di loket, nggak perlu ke agen perjalanan. Semua tinggal klik-klik, bayar, dan E-ticket langsung nongol di layar. Gampang banget!
Semua bisa terjadi karena tahun ini, KAI benar-benar totalitas menyambut masa angkutan Lebaran 2025. Aku baca dari informasi resmi, ada 29,17 juta penumpang yang berhasil dimudikkan oleh KAI angkutan lebaran 2025 selama periode lebaran ini! Bayangin tuh, hampir seperti ngangkut semua penduduk Malaysia, iya kan?
Demi mengakomodasi lonjakan mudik tahun ini, KAI menambah ribuan perjalanan ekstra, termasuk rute-rute favorit seperti ke Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatera. Termasuk KA Brantas New Generation yang aku tumpangi itu. Salut banget sih sama manajemen dan sistem operasional KAI yang semakin rapi dan proaktif.
Ada Cerita di KA Brantas New Generation