Bulan Ramadan tiba! Selain menahan lapar dan haus, satu tradisi yang tak boleh dilewatkan adalah buka bersama alias bukber. Ini adalah momen sakral di mana teman-teman lama berkumpul, geng SD mendadak aktif di grup WhatsApp, dan teman kuliah yang sudah jarang komunikasi tiba-tiba ngajak ngumpul. Tapi, ada satu hal yang pasti, bukber selalu penuh drama!
Agar acara bukber tahun ini lebih bermakna (dan tidak berakhir dengan dendam), yuk simak panduan berikut!
1. Rencanakan dengan Matang, Jangan Hanya Wacana!
Kita semua pernah mengalami ini: seseorang mencetuskan ide bukber, semua antusias, grup dibuat, tapi akhirnya cuma jadi sejarah.
"Gue sih terserah aja."
"Tergantung mayoritas gimana."
"Nanti dikabarin ya, gue masih lihat jadwal."
Ujung-ujungnya, nggak ada yang ambil keputusan dan rencana bukber hanya berakhir di grup WhatsApp yang semakin sepi.
Solusinya? Pilih satu orang sebagai ketua panitia bukber, yang siap mendikte semua keputusan. Orang ini harus memiliki kemampuan multitasking, kesabaran seperti malaikat, dan kebal terhadap PHP-an teman-teman yang bilang 'insyaAllah datang' tapi nggak muncul.
2. Pilih Tempat yang Ramah dan Bersahabat
Salah satu masalah klasik dalam bukber adalah pemilihan tempat. Jangan sampai memilih tempat yang:
*Terlalu penuh, sampai harus waiting list tiga generasi ke depan.
*Mahal banget, sampai yang datang cuma orang-orang berkantong tebal.
*Susah aksesnya, sampai semua peserta harus mendaki gunung, lewati lembah.
Solusi terbaik adalah cari tempat yang punya kapasitas cukup, harga menengah, dan bisa reservasi jauh-jauh hari. Jangan lupa, tanyakan juga apakah restoran punya sistem 'minimal order per orang', karena itu bisa jadi jebakan bagi mereka yang niatnya cuma pesen es teh manis.
3. Jangan Datang Terlalu Ngaret
Ramadan seharusnya melatih kesabaran dan disiplin. Namun, ada spesies manusia yang tetap mempertahankan tradisi ngaret. Bayangkan, semua orang sudah siap berbuka, tapi ada satu orang yang masih kirim chat, "Besty, gue baru OTW. Macet banget. Simpenin makanan ya!"
Penting untuk menentukan jam kumpul yang realistis. Misalnya, kalau buka puasa jam 18.00, bilang kumpul jam 17.30. Dengan begitu, mereka yang hobi telat minimal tetap datang tepat waktu.