Mohon tunggu...
Ninin Rahayu Sari
Ninin Rahayu Sari Mohon Tunggu... Jurnalis - https://nininmenulis.com

Former Journalist at Home Living Magazine n Tabloid Bintang Home - Architecture Graduate - Yoga Enthusiast - Blogger at www.nininmenulis.com - Coffee Addict - Morning Person

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mencari Roh Putri Mandalika di Arsitektur DSP Mandalika

18 November 2021   19:49 Diperbarui: 18 November 2021   19:52 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah adat suku Sasak di Lombok (Foto Dok.kemdikbud.go.id)

Bila menyebut nama Mandalika saat ini, siapa yang tidak mengenalnya? Sejak dijadikan lokasi gelaran World Superbike (WSBK) nama DSP Mandalika mendunia dan ramai diperbincangkan, baik di kalangan pecinta olahraga ataupun para wisatawan. Sebagai salah satu dari 5 Destinasi Super Prioritas (DSP) yang termasuk dalam branding Wonderful Indonesia, Mandalika memang menyimpan banyak potensi olahraga maupun alamnya.

Melalui balap, sepeda, balap mobil, mendaki gunung, motorcross, olahraga air, dan lain sebagainya, Mandalika menjadi surganya para pecinta olahraga. Begitu pun untuk para wisatawan. Keberadaan beberapa pantai terbaik yang ada di DSP Mandalika seperti Kuta, Tanjung Bangi, Selong, Kepulauan Gili, dan lain-lain menjadi magnet tersendiri untuk dijelajahi.

Ternyata keindahan Mandalika tidak hanya menarik minat para pecinta olahraga dan wisatawan saja, para arsitek pun nantinya akan berlomba-lomba menggali potensi arsitektur yang ada di sana.

Seperti kita ketahui, Mandalika berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang 80% wilayahnya didiami oleh orang suku Sasak. Suku Sasak inilah yang membentuk budaya dan adat istiadat yang ada di Lombok. Suku Sasak merupakan suku yang mampu menjaga tradisinya termasuk dalam urusan arsitektur bangunan.

Dalam membangun suku Sasak sangat mementingkan nilai estetika dan budaya. Di sana mengenal beberapa jenis bangunan yang dijadikan sebagai rumah tinggal, tempat penyelenggaraan ritual adat, dan juga ritual keagamaan. Seluruh bahan bangunan yang digunakan suku Sasak didapatkan secara alami dari lingkungan sekitar, seperti jerami untuk penutup atap dan pasak bambu sebagai penyambung bagian-bagian kayu.

Di sisi lain Lombok pun kaya akan legenda dan cerita adat, seperti legenda yang terkait terminologi kata Mandalika. Mandalika sejak dulu selalu dihubungkan dengan kisah tragis legenda Putri Mandalika. Cerita tentang seorang putri yang memilih bersatu dengan lautan untuk menjaga keutuhan masyarakat Lombok. Kisah ini juga divisualkan dalam sebuah narrative sclupture di Pantai Kuta Lombok melalui sosok putri berbusana khas Lombok yang siap menyeburkan diri ke Laut Kuta.

Selain itu nama Mandalika juga berarti nama bunga yang dijumpai di sekitar Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Dilihat dari struktur bunganya, yang disebut sebagai bunga mandalika memiliki warna kemerahan dan bentuknya menyerupai bunga kenanga. Warna merahnya seperti warna merah cabai yang dalam bahasa Jawa berarti Lombok.

Patung Putri Mandalika (Foto Dok.Kompas.com)
Patung Putri Mandalika (Foto Dok.Kompas.com)
Nah dengan menengok kembali ke latar belakang, budaya, terminologi, dan juga adat istiadat, DSP Mandalika tidak akan kehilangan identitas termasuk karakter bangunan meskipun namanya mendunia.

Desain arsitektur bangunan di DSP Mandalika haruslah memiliki benang merah dengan arsitektur wilayah Lombok, yaitu arsitektur tradisonal suku Sasak, meskipun telah digubah menjadi modern. Dalam gubahannya, gaya arsitektur suku Sasak harus dapat dibuat sekreatif mungkin dengan tetap mengkomposisikan tema dari kisah legenda Putri Mandalika dengan mempertimbangkan letak geografis, budaya, dan iklim setempat.

Menjadikan kisah Putri Mandalika sebagai storyline yang diintepretasikan menjadi bentuk yang modern diharapkan akan melahirkan bangunan yang unik dan mendorong rasa memiliki di masyarakat Lombok. Beberapa bagian dari kisah Putri Mandalika yang dapat dijumput ke dalam arsitektur bangunan modern mulai dari atribut, motif kain, ornamen, pola, bentuk bunga Mandalika, dan lain sebagainya. Dan tidak lupa desain arsitektur bangunan di DSP Mandalika nantinya juga harus mencerminkan iklim setempat yang mengantisipasi masalah panas, hujan, dan tsunami.

Struktur alami rumah ada suku Sasak (Foto Dok.Wacana.co)
Struktur alami rumah ada suku Sasak (Foto Dok.Wacana.co)
Pemakaian material lokal dengan menjunjung kriteria estetika, daya tahan, dan biaya yang tersedia tentu sangat baik bila digunakan. Selain karena alasan ekologis, penggunaan material lokal bermanfaat untuk menghindari dampak negatif dari emisi polutan dan konsumsi energi dalam skala besar. Bahan bangunan yang digunakan haruslah tidak mengandung zat berbahaya dan tidak mengandung polusi, serta menjunjung tinggi nilai kejujuran dan kesederhanaan masyarakat Lombok.

Hal negatif dari pembangunan biasanya berkurangnya area 'kemanusiaan'. Area pejalan kaki yang nyaman dan sehat haruslah dipikirkan pertama kali sebelum proses pembangunan. Selain dapat mengurangi dampak polusi dari kendaraan bermotor, area-area pejalan kaki yang dibangun di destinasi favorit dan zona sakral berguna untuk menghindari crossing activities saat berlangsung aktivitas yang mendatangkan banyak orang seperti acara Bau Nyale di Pantai Kuta atau saat libur lebaran, Natal, dan Tahun Baru.

Kehadiran bangunan yang berorientasi ke budaya, latar belakang, dan legenda setempat tentu semakin menjadikan DSP Mandalika destinasi wisata yang tidak ada duanya di dunia. Jika sudah demikian tidak usah jauh-jauh, cukup di Indonesia Aja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun