Mengejar Pelangi Senja Hari
Namanya Pelangi. Bukan nama julukan, bukan pula nama panggilan ---itu nama asli yang diberi ibunya waktu ia lahir di tengah musim kemarau, tepat setelah hujan pertama jatuh.
"Biar hidupmu seperti pelangi, Nak. Datang setelah hujan, tapi selalu membuat siapa pun berhenti dan kagum," begitu kata ibunya, yang bekerja sebagai penjual sayur keliling.
Pelangi suka banget jalan kaki. Bukan karena hobi, tapi karena memang tak punya pilihan lain. Sepatu hanya satu---warisan dari kakaknya yang kini merantau ke Kalimantan. Tapi buat Pelangi, kaki telanjang bukan masalah. Ia bisa berlari di jalanan berbatu seperti rusa kecil di hutan. Kaki-kakinya cekatan, tubuhnya ringan, dan semangatnya tak pernah habis.
Suatu hari, sekolah mengadakan seleksi lomba lari tingkat kabupaten. Pelangi, si anak kampung yang tak pernah pakai alas kaki itu, iseng ikut. Tak disangka, dia menang---bahkan mengalahkan anak-anak kota yang sepatu larinya mengilap dan minumnya pakai isotonik segala.
Nama Pelangi jadi viral di kampung. Kepala sekolah tersenyum-senyum dan bilang, "Bakat seperti ini harus dibina." Maka dimulailah hari-hari latihan Pelangi, tetap tanpa sepatu, ditemani burung-burung sawah dan matahari pagi.
Tak hanya larinya yang kencang, otaknya pun tajam. Ia selalu jadi juara kelas, meski belajar hanya pakai lampu minyak dan buku pinjaman. Hingga akhirnya, ia dapat beasiswa ke SMA di kota kabupaten. Kepergiannya diantar seisi dusun, seperti pesta kecil-kecilan.
Lalu muncullah dia.
Jejaka. Anak pengusaha toko bangunan. Kulitnya terang, jaketnya ber-merk, dan motornya bersinar seperti habis dijilat matahari. Jejaka melihat Pelangi pertama kali saat upacara. Pelangi berdiri tegak dengan seragam yang kebesaran, tapi sorot matanya tidak kalah dari siswa kota.
"Namanya Pelangi? Nama yang cantik," gumam Jejaka, sejak hari itu. Ia pun menyenandungkan lagu kanak-kanak yang diubah liriknya. "Pelangi, Pelangi alangkah manismu ...!"
Dia mulai sering cari-cari alasan buat ngobrol. Tapi ... yah, Pelangi memang anak kampung, anak udik! Waktu Jejaka bilang, "Aku suka kamu," Pelangi jawab, "Lho, kok suka sama aku? Emang aku teh manis?" sambil ngikik tanpa malu. Duh, rasanya Jejaka ingin menepuk jidat.