Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, Asrar Atma, dll. Buku solo 31 judul, antologi berbagai genre 190 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengejar Pelangi Senja Hari

30 Mei 2025   18:19 Diperbarui: 31 Mei 2025   00:14 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Mengejar Pelangi Senja Hari

Namanya Pelangi. Bukan nama julukan, bukan pula nama panggilan ---itu nama asli yang diberi ibunya waktu ia lahir di tengah musim kemarau, tepat setelah hujan pertama jatuh.

"Biar hidupmu seperti pelangi, Nak. Datang setelah hujan, tapi selalu membuat siapa pun berhenti dan kagum," begitu kata ibunya, yang bekerja sebagai penjual sayur keliling.

Pelangi suka banget jalan kaki. Bukan karena hobi, tapi karena memang tak punya pilihan lain. Sepatu hanya satu---warisan dari kakaknya yang kini merantau ke Kalimantan. Tapi buat Pelangi, kaki telanjang bukan masalah. Ia bisa berlari di jalanan berbatu seperti rusa kecil di hutan. Kaki-kakinya cekatan, tubuhnya ringan, dan semangatnya tak pernah habis.

Suatu hari, sekolah mengadakan seleksi lomba lari tingkat kabupaten. Pelangi, si anak kampung yang tak pernah pakai alas kaki itu, iseng ikut. Tak disangka, dia menang---bahkan mengalahkan anak-anak kota yang sepatu larinya mengilap dan minumnya pakai isotonik segala.

Nama Pelangi jadi viral di kampung. Kepala sekolah tersenyum-senyum dan bilang, "Bakat seperti ini harus dibina." Maka dimulailah hari-hari latihan Pelangi, tetap tanpa sepatu, ditemani burung-burung sawah dan matahari pagi.

Tak hanya larinya yang kencang, otaknya pun tajam. Ia selalu jadi juara kelas, meski belajar hanya pakai lampu minyak dan buku pinjaman. Hingga akhirnya, ia dapat beasiswa ke SMA di kota kabupaten. Kepergiannya diantar seisi dusun, seperti pesta kecil-kecilan.

Lalu muncullah dia.

Jejaka. Anak pengusaha toko bangunan. Kulitnya terang, jaketnya ber-merk, dan motornya bersinar seperti habis dijilat matahari. Jejaka melihat Pelangi pertama kali saat upacara. Pelangi berdiri tegak dengan seragam yang kebesaran, tapi sorot matanya tidak kalah dari siswa kota.

"Namanya Pelangi? Nama yang cantik," gumam Jejaka, sejak hari itu. Ia pun menyenandungkan lagu kanak-kanak yang diubah liriknya. "Pelangi, Pelangi alangkah manismu ...!"

Dia mulai sering cari-cari alasan buat ngobrol. Tapi ... yah, Pelangi memang anak kampung, anak udik! Waktu Jejaka bilang, "Aku suka kamu," Pelangi jawab, "Lho, kok suka sama aku? Emang aku teh manis?" sambil ngikik tanpa malu. Duh, rasanya Jejaka ingin menepuk jidat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun