Akibat-akibat fisik suatu perbuatan menentukan baik buruknya, tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak semata-mata menghindarkan hukuman dan pada kekuasaan tanpa mempersoalkannya. Jika ia berbuat "baik", hal itu karena anak menilai tiindakanya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri dan bukan karena rasa hormat terhadap tatanan moral yang melandasi dan didukung oleh hukuman dan otoritas.
Â
      Tahap orientasi relativitas-instrumental
Â
Perbuatan yang benar adalah cara atau alat untuk memuaskan kebutuhan sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antarmanusia dipandang seperti hubungan di pasar (jual-beli). Terdapat elemen kewajaran tindakan yang bersifat resiproksitas (timbale-balik) dan pembagian sama rata, tetap ditafsirkan secara fsik dan pragmatis. Resiproksitas ini merupakan cerminan dalam bentuk "jika engkau menggaruk punggungku, atau juga akan menggaruk punggungmu". Â Jadi, perbuatan baik tidaklah didasarkan karena loyalitas, terima kasih ataupun keadilan.
Â
- Tingkat Konvensional
Â
Pada tingkat ini, anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa. Ia memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tanpa menghindahkan akibat yang segera dan nyata. Tingkat ini memiliki dua tahap.
Â
      Tahap orientasi kesepakatan antarpribadi atau orientasi
Â