Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan nilai, moral, dan sikap individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kondisi psikologis, pola interaksi, pola kehidupan beragama, berbagai sarana reaksi yang tersedia dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat akan memengaruhi perkembangan nilai, moral, dan sikap individu yang tumbuh dan berkembang di dalamya.
Â
Remaja yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga, sekolah,dan masyarakat yang penuh rasa aman secara psikologis, pola interaksi yang demokratis, pola asuh bina asih, dan religius dapat diharapkan berkembang menjadi remaja yang memilikii budi luhur, moralitas tinggi, serta sikap dan perilaku terpujji. Sebaliknya, individu yang tumbuh dan berkembang dengan kondisi psikologis yang penuh dengan konflik, pola interaksi yang tidak jelas, pola asuh yang tidak berimbang dan kurang religius maka harapan agar anak dan remaja tumbuh dan berkembang menjadi individu yang memiliki nilai-nilai luhur, moralitas tinggi, dan sikap perilaku terpuji menjadi diragukan.[9]
Â
Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertai doctornya dengan judul The Developmental of Mode of Moral Think and Choice in the years 10 to 16, seperti tertuang dalam buku tahap-tahap perkembangan Moral (1995), tahap-tahap perkembangan moral di bagi sebagai berikut.
Â
- Tingkat Prakonvensional
Â
Pada tingkat ini, anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi hal ini semata-mata di tafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukum, keuntungan, pertukaran, dan kebaikan). Tingkat ini dapat dibagi menjadi dua tahap:
Â
      Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan
Â