Mohon tunggu...
Ningrum Ahmadi
Ningrum Ahmadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pribadi

Penyuka Travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Ada Tempat bagi Para Pengganggu Pancasila

16 Mei 2019   18:49 Diperbarui: 16 Mei 2019   18:59 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pancasila adalah ideologi final bangsa kita. Tak ada lagi tawar-menawar. Para founding father kita sudah merumuskannya sesuai dengan karakteristik bangsa. Maka jangan heran ketika ada yang mencoba 'menyolek' Pancasila, siap-siap kena semprot oleh orang-orang yang memang peduli dan cinta akan negara ini.

Sikap tersebut sebagaimana ditunjukan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Dalam satu kesempatan, Ryamizard mengatakan bahwa mereka yang tak suka dengan Pancasila, silakan pergi.

Pernyataan yang dilontarkan Menhan merupakan bentuk kepedulian sang Jenderal bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ryamizard memperingatkan bagi pihak-pihak yang memiliki niat mencoba menggoyang Pancasila, untuk pergi dari Bumi Pertiwi.

Apa yang disampaikannya merupakan bentuk cinta kepada negara. Apalagi Ryamizard merupakan seorang prajurit TNI yang telah puluhan tahun mengabdi bagi bangsa.Dia tahu betul ketika ada gejala-gejala yang mengganggu Pancasila, maka harus segera dibasmi.  

Begitupun dengan kita. Pancasila harus menjadi pegangan dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan sekadar semboyan belaka. Tapi The Way Of Life. The World of View atau cara pandang melihat dunia.

Kita harus siap menjadi garda terdepan dalam membela Pancasila. Sebab, Pancasila adalah representasi dari bangsa kita. Representasi dari masyarakat Indonesia yang beragam dan penuh warna.

Melalui Pancasila, masyarakat kita yang notabene heterogen hidup rukun, guyub, dan saling menghargai. Singkat kata, kalimat 'usiran' dari Pak Menhan harus kita dukung. Tak ada tempat buat mereka yang mengganggu Pancasila.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun