Mohon tunggu...
Nine Nur Muharamah
Nine Nur Muharamah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Islamic Economics Student at University of Indonesia

Whatever you are, be a good one

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Akselerasi Pemulihan Perekonomian Negara akibat Covid-19 Melalui Ekonomi dan Keuangan Syariah

14 Juli 2021   13:18 Diperbarui: 14 Juli 2021   13:31 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Kurva Pergeseran Aggregate Demand dan Aggregate Supply sebagai Dampak Covid-19 (Surico and Galeotti, 2020)

Satu setengah tahun lebih sudah sejak kasus Covid-19 pertama di Indonesia muncul, namun dampak yang dirasakan masih berlangsung hingga sekarang. Masyarakat seolah dipaksa untuk beradaptasi terhadap kondisi yang tidak memungkinkan adanya interaksi sosial berskala besar. Hal ini pun menyebabkan masyarakat tidak lagi dapat beraktivitas normal sebagaimana mestinya, termasuk dalam melakukan aktivitas ekonomi.

Adanya pembatasan interaksi sosial di masyarakat pun turut membatasi ruang gerak aktivitas ekonomi yang biasa dilakukan. Akibatnya, pergerakan roda ekonomi negara melambat dan merosot yang menyebabkan Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen di tahun 2020 kemarin (BPS, 2021).

Dampak lain dari merebaknya virus Covid-19 adalah terganggunya mekanisme pasar dari sisi aggregate demand dan aggregate supply. Terganggunya mekanisme pasar ini dirasakan secara langsung oleh seluruh lapisan masyarakat. Beberapa dampak yang dirasakan adalah tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), produktivitas dan daya beli yang menurun, dan naiknya angka kemiskinan di Indonesia. 

Satu solusi yang ditawarkan untuk menanggulangi dan mengatasi dampak Covid-19 seperti yang disebutkan di atas adalah dengan melakukan implementasi ekonomi dan keuangan syariah. Beberapa instrumen keuangan publik Islam seperti zakat, wakaf, dan sukuk dianggap mampu menanggulangi dampak Covid-19 yang menurunkan kemampuan ekonomi masyarakat. Dari sektor moneter pun, bank syariah tampil sebagai lembaga intermediasi yang diharapkan dapat membantu pembiayaan masyarakat kecil kurang mampu.

Menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 kemarin menyiratkan beragam makna. Pertumbuhan ekonomi yang negatif atau menurun mengindikasikan berkurangnya kegiatan produksi di masyarakat. Di masa pandemi seperti sekarang, penurunan angka produksi di masyarakat disebabkan oleh menurunnya daya beli dari sisi konsumen. 

Penurunan daya beli masyarakat tak lain dan tak bukan disebabkan oleh menurunnya jumlah pendapatan yang mereka terima. Pendapatan merupakan salah satu hal yang mencerminkan standar hidup seseorang. Maka dengan kata lain, menurunnya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 kemarin mengindikasikan adanya penurunan standar hidup masyarakat. Standar hidup yang menurun akibat kurangnya jumlah pendapatan akan meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan persentase penduduk miskin sebesar 10,19 persen di bulan September 2020 lalu. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 0,97 persen dibandingkan dengan bulan September 2019 (BPS, 2021).

(1)     (2)

Gambar 1. Kurva Pergeseran Aggregate Demand dan Aggregate Supply sebagai Dampak Covid-19 (Surico and Galeotti, 2020)
Gambar 1. Kurva Pergeseran Aggregate Demand dan Aggregate Supply sebagai Dampak Covid-19 (Surico and Galeotti, 2020)
(3)
Gambar 1. Kurva Pergeseran Aggregate Demand dan Aggregate Supply sebagai Dampak Covid-19 (Surico and Galeotti, 2020)
Gambar 1. Kurva Pergeseran Aggregate Demand dan Aggregate Supply sebagai Dampak Covid-19 (Surico and Galeotti, 2020)
                (4)
Gambar 1. Kurva Pergeseran Aggregate Demand dan Aggregate Supply sebagai Dampak Covid-19 (Surico and Galeotti, 2020)
Gambar 1. Kurva Pergeseran Aggregate Demand dan Aggregate Supply sebagai Dampak Covid-19 (Surico and Galeotti, 2020)
 

Kemudian, dampak lain yang juga dirasakan selama pandemi adalah terganggunya sistem mekanisme pasar dari sisi aggregate demand dan aggregate supply. Surico dan Galeotti menuturkan bahwa himbauan social distancing dan karantina saat pandemi berlangsung menimbulkan supply shock. Kondisi supply shock ini kemudian menggeser kurva AS0 menuju AS1 yang selanjutnya menurunkan jumlah produksi barang dan jasa dari kurva Q menuju Q' di gambar (1). 

Lalu gambar (2) menunjukkan pergeseran kurva AD0 ke AD1 sebagai akibat menurunnya permintaan masyarakat yang disebabkan oleh menurunnya pendapatan yang diperoleh. 

Pergeseran ini menurunkan jumlah produksi barang dan jasa dari Q' ke Q" sebagai akibat dari ketidakpastian keberlangsungan pandemi dan kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah. 

Selanjutnya, himbauan stay at home yang disampaikan oleh pemerintah kian menurunkan jumlah barang dan jasa hasil produksi yang ditunjukkan oleh gambar (3). Pada fase ini, kurva AS1 bergeser menuju AS2 dan Q" bergeser menuju Q"'. Gambar (4) menunjukkan reaksi kurva AD atas pergeseran kurva AS1 menuju AS2, di mana kurva AD1 bergeser ke AD2 dan Q"' bergeser ke Q"".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun