Mohon tunggu...
Ninditha Nur aisyah
Ninditha Nur aisyah Mohon Tunggu... Lainnya - Dulunya mahasiswa

dibuat sama mahasiswi semester 5 yang belum dapat apa-apa dan saat ini sedang kuliah daring karena corona!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biar Aku Saja yang Merasakan, Kamu Jangan!

9 November 2021   14:25 Diperbarui: 9 November 2021   14:44 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Nick Fewings on Unsplash   

Kami berdua dari cabang olahraga catur. Dari situ aku mengenal sosok ini. Orang yang menyenangkan, perhatian, dan mengayomi para wanita. Hahaha.. ya, para wanita karena dia selalu bersama wanita kemana pun dan di mana pun dia berada. Maka tak heran jika dia mudah sekali mengambil hati seorang wanita, dan kuakui termasuk aku sendiri.

Persahabatan antara wanita dan laki-laki memang sulit jika tidak melibatkan rasa. Mulanya aku hanya ingin menjadikannya tempat bercerita, tanpa ingin melibatkan rasa tapi hati berkata lain. Cinta hadir begitu saja tanpa tahu waktu dan tempatnya. Sumpah! Itu kali pertama aku jatuh cinta pada pria selain Ayahku.

 Tapi rasa itu benar-benar kusimpan rapi dalam hati untuk diriku sendiri. Biarlah aku saja yang merasakannya. Perihal dia memiliki rasa yang sama atau tidak, aku tidak peduli. Sangat tidak peduli. Bisa dibilang sudah lama aku menyimpan rapi semuanya, dan di SMA ini aku seperti merasakan bahwa dia juga memiliki rasa yang sama padaku. Terlalu percaya diri untuk memberi hipotesa seperti ini. Hahaha

Sampai kapan aku harus terus memendam semua ? Ah sudahlah, masa SMA sudah di ujung tanduk, hitungan bulan aku dan dia juga akan berpisah. Aku di diterima di salah satu Universitas di Yogya dan dia masuk di salah satu sekolah tinggi kesehatan di Sumatera Selatan.

Hayu tetap seperti dulu, selalu paham posisiku saat aku membutuhkan tempat cerita, melenyapkan semua gundah, gelisah, bahkan amarah yang ada di hatiku, ku luapkan sama dia juga. 

Dia satu-satunya tempat menangis ternyamanku saat itu dan saat ini. Walaupun berapa bulan terakhir ini aku mendapat kabar darinya bahwa dia berpacaran dengan teman karibku sendiri. Untung saja aku dan dia hanya sahabat, jadi dia selalu bersedia jadi tempat sambat. Entahlah dia tahu atau tidak perihal rasa yang ada dihatiku, intinya aku masih bersyukur karena semua masih terasa baik-baik saja.

Saat ini aku sudah semester 5 kuliah di Jogja, tak satu pun orang yang bisa menggantikan dirinya. Entah apa istimewanya makhluk hidup satu itu. Padahal aku juga tahu hubungan dia dan kekasihnya juga makin lama makin langgeng saja, bahkan tak jarang dia menceritakan semua bahagianya, keluh kesah hubungannya dan banyak lagi cerita tentang hubungannya ke aku. Sakit? Sangat sakit bila mau dirasakan. Tapi itulah konsekuensinya saat rasa yang ada kau bekukan saja, tanpa ingin melebur jadi satu dalam hangatnya sebuah peluk.

Namun saat ini, Yang terpenting bagiku adalah hubungan persahabatan aku dan dia tetap mulus tanpa kendala. Walaupun ada hati yang lumayan tersiksa mendengar dia bercerita tentang wanitanya.

Begitulah hidup, jika kamu enggan mengungkapkan apa yang kau mau mungkin Tuhan juga nggak mau mengabulkan keinginanmu. Setidaknya jika kamu menginginkan ciptaan Tuhan, dekati saja penciptanya maka bisa jadi yang kamu dapatkan bukan hanya yang kamu inginkan, tapi apa yang terbaik untukmu.

Cukup sudah! Lagi pula, Rasa itu sudah terbiasa bercengkerama dengan cemburu, kesal, dan kini rasa itu selalu mengoyak dinding kenangan dengan rindu yang selalu menikam. Sudahlah! Karena ini rasaku, biar aku saja yang merasakan, kamu jangan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun