Ya, walaupun seorang wanita tulen tapi aku sangat malas memperhatikan penampilanku dan mungkin itulah alasan kenapa sampai saat ini aku tidak punya pasangan seperti teman-teman wanita yang sebaya denganku. Tapi sebenarnya memang aku tidak ada niat untuk pacaran dan semacamnya itu.
"Ah berisik kali loo. Aku wangi juga siapa yang beruntung ? Ya kalian jugakaaan? Udah cantik, wangi, pinter, sholehah, apa lagi yang kurang dari aku tuh ?" candaku menimpali celoteh Hayu.
"Kurangnya cuma satu siiiih, kamu bukan milikku. Hiya hiya hiya." sahut Iyan sambil bermain game di handponenya.
"Heleeeh." jawab kami berempat serentak.
"Apasi kalian tu. Udahlah, yuk mulai belajar aja. Gak usah banyak omonglah. Nanti sampai malem gak selesai ini." Didik yang dari tadi gelisah mulai emosi dengan situasi seperti ini.
"Siaaaapp." jawab kami kompak.
Jam 22.00 wib sesi belajar kita usai. Â Hayu, Didik, Iyan, dan Boby berpamitan untuk pulang. Setelah bersalaman dengan Mamah, ku antar mereka sampai depan pintu.
"Makasih ya untuk waktunya malam ini. Jangan bosan jadi guru kami ya. Hehehe." Ucap Hayu lirih sambil mengacak kepalaku lalu menaiki sepeda motornya.
"Siap." jawabku singkat.
Kemudian disusul teriakan anak - anak lainnya. Yang ijin pulang sambil berlalu mengendarai sepeda motornya. Suara sepeda motor mereka menderu, membelah kesunyian malam ini.
Hayu adalah teman SMA ku yang sudah ku kenal sejak aku SD. Teman satu kontingen dari Kabupatenku dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) beberapa tahun lalu.Â