Mohon tunggu...
Anggistia Ninda Arifianto
Anggistia Ninda Arifianto Mohon Tunggu... Lainnya - Aku hanyalah manusia biasa yang tak tahu bagaimana mengungkap kata, tapi aku manusia biasa yang mampu menoreh sejarah melalui cerita

Quality Over Quantity

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Adventure Awaits

28 November 2020   19:55 Diperbarui: 28 November 2020   20:04 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kata ayah, 'jika kamu ingin mengubah dunia, tak cukup dengan hanya duduk manis saja, kelilingi dunia itu, dan dari sana wawasanmu akan terbuka.' Itu pesan ayahku sebelum dia menutup mata untuk terakhir kalinya." Kata gadis itu.

Hati kecilku terpukul. Aku seorang gadis yang orangtuaku masih ada, dan punya masa depan begitu cerah saja masih belum mempunyai mimpi ataupun cita-cita untuk hari esok. Sedangkan ia, yang walaupun seorang penjual donat keliling dan ayahnya sudah tiada di dunia ini, mempunyai prinsip pengejar mimpi yang begitu hebat.

Kemudian, setelah berbincang-bincang dengannya, aku pun pulang. Tak jauh melangkah, gadis itu berteriak sambil melambaikan tangan, "Naira Mahira Fidin". Astaga, aku hampir lupa memperkenalkan diriku padanya. "Haneen Malikah Al-Qolbi" balasku.

Sejak dari itu, aku mencoba untuk berkonsultasi dengan orang tua. Lewat percakapan panjang selama kurang lebih 3 jam yang diselingi secangkir teh dan sepiring pisang goreng, aku menarik konklusi bahwa di masa depan nanti aku mau bekerja dengan manusia, bukan dengan alam atau mesin. Profesi diplomat akhirnya menjadi pilihan utamaku.

Well, aku mulai mengatur siasat, strategi, rencana-rencana di masa mendatang untuk mencapai tujuan itu. Dari yang masuk SMA favorit di Jakarta, lalu mencoba mengasah kemampuanku dalam berorganisasi dan berbahasa. Karena, untuk menjadi seorang diplomat, kemampuan bahasa sangat diperlukan begitu pula pengalaman dalam berorganisasi. 

Maka akhirnya sedikit demi sedikit tanda ceklis mulai bertebaran di lembaran buku yang kuberi judul 'ADVENTURE AWAITS'. Haha... ya, judul itu untuk mengingat awal mula mimpiku dibangun karena seorang gadis sederhana namun mempunyai mimpi yang begitu berharga. Poin sebelum terakhir, akhirnya aku diterima masuk jurusan Hubungan Internasional di Universitas Indonesia dengan jalur undangan. Wow, jurusan yang sangat bergengsi untuk kawula muda sekarang. Mimpi apa kamu, Haneen?

Untuk menjadi seorang diplomat ternyata tidaklah mudah. Lika-liku politik yang begitu rumit, serta penguasaan isu-isu nasional ataupun internasional. Yang juga tak kalah penting, seorang diplomat itu harus handal mencari solusi. Karena banyaknya kesepakatan yang dibuat antara badan hukum atau pihak pemerintah Indonesia dengan pihak asing. Nah, di sinilah diplomat harus turut berperan.

Satu tahun. Tiga tahun. Empat tahun, akhirnya gelar S.Sos kusandang. Hari itu, kulihat dua pahlawanku menitikkan air mata karena keberhasilanku, berkat kegigihanku yang tak sia-sia ini. Oke, petualangan itu baru saja di mulai. Semakin sulit jalan menuju suatu tempat, sesungguhnya akan ada sebuah kepuasan tersendiri saat titik akhir perjalanan itu tercapai. But It takes times and you have to enjoy the process!

 Setelah gelar itu kusandang, bukan berarti studiku selesai begitu saja. Petualangan ke dua pun dimulai. Kulanjutkan studi pasca sarjanaku dengan jurusan yang tak kalah menarik, yaitu ilmu hukum. Di sinilah, keterkaitan antara hubungan international dan hukum semakin erat. Ternyata untuk menjadi seorang diplomat, harus memiliki karakter yang  nasionalis, ramah, siap membantu, dan pastinya tahan banting. Tak memakan waktu yang cukup lama untuk menuntaskan jurusan ini. Dan akhirnya.... diplomat, aku datang ....

 Orang tuaku begitu bangga dengan prestasi melejitku ini. Dari aku yang sebelumnya hanyalah seorang penunggu impian, dan sekarang aku lah pengejar impian itu. Menakjubkan!

 Awal mula mencalonkan diri untuk menjadi seorang diplomat aku bingung. Gimana daftar nya? gimana prosesnya? Pokoknya memusingkan sekali deh. Beruntung, ayah punya sahabat karib yang bekerja sebagai duta besar di kedutaan Indonesia untuk Turki. Beliau yang mengurus seluruh adminisrasi, berkas pendaftaran, dan yang lain sebagainya. Wah, benar-benar proses yang cukup rumit dan panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun