Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(RTC) Jarik Lurik Mbok Padmi

7 November 2021   10:35 Diperbarui: 7 November 2021   17:26 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasih sayang seorang ibu laksana mentari yang menerangi seluruh pagi hari kita, dan bintang malam yang akan memandu jalan pulang bagi kita semua. Sejatinya ibu adalah pahlawan kita yang tak akan terbalas budinya.

Pagi itu awal bulan November 2020 cuaca sangat cerah. Matahari menyengat kulitku yang sedang menjemur pakaian. Padahal jam baru menunjukkan pukul delapan namun cahaya mentari sudah demikian teriknya.

"Kulonuwun, Nduk guru." Suara lirih terdengar dari halaman depan. Aku bergegas ke halaman depan. Aku melihat sesosok perempuan sedang berdiri di depan pintu sambil membawa sebuah bungkusan.

"Oh... Monggo linggih." Aku mempersilakan perempuan tua itu duduk di teras." Nyuwun sewu, Mbok niki sinten nggih?"

"Aku Padmi. Orang-orang memanggilku mbok Padmi, Nduk," jawab perempuan yang akhirnya kupanggil mbok Padmi itu.

"Saya Tania, Mbok. Rasanya kita baru bertemu sekarang ya?" tanyaku santun.

"Ya, Nduk guru. Tapi saya sering melihatmu lewat depan sawah yang ada di dekat sungai itu," jelas mbok Padmi sambil memandang ku," Gubuk saya tidak jauh dari sawah itu dekat sungai."

"Mohon maaf, Mbok. Saya tidak tahu kalau di dekat sawah itu ada rumah. Saya juga minta maaf jika belum bisa sowan ke semua sesepuh di sini,"

"Tidak apa-apa, Nduk. Kamu kan baru dua bulan di sini. Si Mbok saja yang mau cepat berkenalan denganmu. Jadi si mbok pengen ketemu sama cicitnya mbok Ronggo. Jadi aku berkunjung ke rumah ini."

Aku memang baru di tempatkan di SMP Wonosari ini baru dua bulan lamanya. Saat pertama kali aku tiba di desa ini, yang aku cari adalah desa Bener. Di desa ini ada rumah peninggalan mbah buyut ku, Mbah Ronggo sehingga aku tidak usah mengontrak rumah lagi. Rumah ini sekarang ditempati oleh pak lik Darma, adik ayahku.

Saat itulah pertama kalinya aku berkenalan dengan mbok Padmi. Saat itu dia membawakan aku garang asem buatannya sendiri. Keramahan mbok Padmi membuatku senang seolah beliau si mbahku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun