Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi 3: Satire Negeri Seribu Pecundang

8 September 2021   14:18 Diperbarui: 8 September 2021   14:20 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Negeri Seribu Pecundang Dalam Kegelapan. Dok. Pribadi melalui Powerpoin

Tepuk tangan membahana di jagat raya
Menyambut sang juara penuh suka cita
mengharumkan bangsa itu sudah biasa
Dan tak perlu jadi banyak cerita

Di negeri seribu pecundang
Pesta pora dan eporia  tercipta
Sorak Sorai menggema
Demi menyambut mantan pendusta

Di negeri seribu pencundang
Kebenaran kerap menjadi angan semata
Putih jadi hitam, hitam berubah putih
bahkan bisa jadi merah dan kelabu

Cinta kasih sesama hanya jadi goresan kisah
Kedamaian hanya jadi sebuah  elegi
Sejahtera hanya buat pemilik pundi-pundi
Si kaya makin jumawa, si miskin semakin merana

Di negeri seribu pecundang
Banyak yang saling menyikut dan menghasut
Demi ambisi, gengsi dan isi perut
Demi mengais harta yang tak terbilang

Di sini cicak bisa jadi biawak
Kutu busuk mengubah diri jadi kupu-kupu
Reinkarnasi menipu hati nurani
Menyakiti jutaan sanubari

Di negeri seribu pecundang
Adalah surga buat para durjana
Melenggang penuh tawa ha...ha...ha...
Tanpa sadar menggoreskan luka

Ketika dosa menjadi biasa
ketika nurani tak lagi bicara
ketika keadilan hanya bualan belaka
lalu hidup itu untuk apa?

Cibadak, 7 September 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun