Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Parcel Doa buat Si Mbah

10 Mei 2021   06:57 Diperbarui: 10 Mei 2021   07:19 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungkeman saat Idul Fitri sumber gambar: portalIslam.Id.

"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dia berkata; "Seorang laki-laki datang kepa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" Beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" Beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" Beliau menjawab: "Kemudian ayahmu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Namun dalam kondisi seperti sekarang ini, keluarga kami tak bisa mudik. Saya hanya ingin menjadi seorang ASN yang taat aturan karena saya yakin disiplin adalah kunci keberhasilan. Saya yakin jika semua penduduk Indonesia menaati protokol kesehatan yang sudah disosialisasikan kepada seluruh masyarakat dan seluruh perantau disiplin menaati larangan mudik, lonjakan jumlah pasien terpapar Vurus Covid 19 ini tidak akan terjadi.

"Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah 'azza wa jalla?' Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Shalat pada waktunya'. Lalu aku bertanya, 'Kemudian apa lagi?' Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, 'Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.' Lalu aku mengatakan, 'Kemudian apa lagi?' Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, 'Berjihad di jalan Allah'." Lalu Abdullah bin Mas'ud mengatakan, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan hal-hal tadi kepadaku. Seandainya aku bertanya lagi, pasti beliau akan menambahkan (jawabannya)." (HR. Bukhari dan Muslim). 

Keinginan mudik ini harus kami tunda hingga saat yang tak bisa ditentukan. Untungnya kerinduan ini sudah sedikit terobati karena kami pulang pada bulan Pebruari. Meski bukan saat momen lebaran Idul Fitri, kami masih bisa mengobati kerinduan kepada mereka.

Saya selalu tersenyum jika ingat momen kami sungkeman yang biasa dilakukan setelah pulang shalat Id. Anak-anakku selalu bingung apa yang harus diucapkan saat sungkeman. Aku mengajarkan kalimat pendek dalam bahasa Jawa, "Ngaturaken sugeng riyadi, nyuwun pangapunten sedoyo kelepatan kulo, nyuwun pangestunipun." Yang artinya kurang lebih mengucapkan selamat lebaran dan memohon maaf atas segala kesalahan. Kata-kata pendek yang selalu gagal diucapkan oleh anak-anakku. Ujung-ujungnya mereka berbicara dalam bahasa Indonesia.

"Bunda, kita kirim Parcel saja ya buat si Mbah," ujar putri bungsuku, "Biar si Mbah tidak terlalu bersedih karena kita tidak bisa pulang."

Saya tersenyum mendengar ucapan putriku. Saya tahu mereka kangen pada si mbah tapi mereka juga paham bahwa kesehatan lebih penting daripada tradisi yang sudah dijalankan puluhan tahun itu. 

"Ya, boleh. Tapi yang terpenting dari makna parcel itu adalah doa-doa kita buat si mbah. Doakan agar Mbah Uti dan Mbah Kakung sehat di sana. Doakan juga agar kita masih bisa bertemu dengan mereka.

"Maafkan kami bapak, ibu yang tidak bisa mudik lagi pada tahun ini. Namun kami tetap sayang kalian. Doa-doa kami akan tetap kami panjatkan seperti doa-doa kalian yang senantiasa menemani kami di perantauan ini," ujarku sambil membayangkan ibu mertuaku yang sedih sambil duduk di kursi rodanya menatap gerbang saat menanti kedatangan kami setiap kami akan datang saat lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun